Gerebek Sahur atau Gerobak Sahur?

0 Komentar

Kalimat 4: Heuy! Kalimat seru ini sebagai ujaran penyemangat dan penghangat suasana pemuda saat berkeliling desa.

Kalimat 5 & 6: sahur sahur sahur subuh, mumpung masih ada waktu. Kalimat kelima mengandung deiksis dan ilokusi yang sama dengan kalimat pertama. Tuturan ini dituturkan kembali sebagai penutup, sebelum mereka beralih ke nama dan rumah warga selanjutnya.

Angka pada tahun hijriah terus bertambah, teknologi kian canggih. Alarm-alarm gawai lambat laun merenggut tradisi-tradisi Ramadan yang bermakna sosial dalam. Rasa salut tiba-tiba tersulut pada pemuda-pemuda desa yang masih mau melestarikan tradisi.

Baca Juga:Sekcam BBC Serahkan Bantuan kepada 35 Anak Yatim PiatuAqua Bagikan 1.000 Paket Sembako

Kacamata lain memandang dan bertanya, di mana nilai sosialnya jika meminta imbalan. Gerebek sahur atau gerobak sahur berisi kumpulan pemberian kopi dan kue? Hal ini perlu disikapi bijak. Penyebutan nama warga secara langsung, bagi sebagian warga mungkin sedikit mengintimidasi. Walau begitu, sepanjang hal ini bersifat sukarela, sah-sah saja. Pemilihan kalimat pada seruan sahur, terutama kalimat ketiga dinilai sangat bijak. Alih kode dan diksi adu rayu yang memuat deiksis serta ilokusi tersebut mencerminkan kesantunan berbahasa. Bukankah dewasa ini kesantunan berbahasa generasi penerus banyak dipertanyakan? Kesantunan berbahasa, pelestarian tradisi, dan kreativitas penciptaan seruan sahur unik oleh pemuda-pemuda tentu perlu diapresiasi.(*)

Ghaisani Fildzah Amajida
Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI, Bandung.
Penggiat literasi, penulis esai, dan pemburu lomba karya tulis ilmiah. Esai dan KTI telah membawanya terbang dan menumpang bemacam gerbong kereta.

Laman:

1 2 3
0 Komentar