Hari Anak Diperingati, Hak Generasi Dikebiri

Hari Anak Diperingati, Hak Generasi Dikebiri
0 Komentar

Oleh: Uqie Nai

Member AMK4

Kebiasaan memperingati Hari Anak Nasional di negeri ini seakan menjadi suatu yang wajib terlaksana meski kondisi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah, baik pusat atau daerah berupaya agar Hari Anak Nasional tetap terselenggara meski di tengah wabah Covid-19 sekalipun. Atas dasar itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak seluruh anak Indonesia turut mendukung dan memeriahkan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2021. Berbagai acara inspiratif disiapkan secara daring, yakni webinar Panggung Anak Indonesia Merdeka, Bincang Pakar dan Pegiat PAUD ‘Anak Cerdas Terliterasi’, Gebyar Dongeng untuk Anak Indonesia, dan Kontes Kita Cinta Lagu Anak (KILA).

Peringatan HAN pada tahun ini mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan Tagar #AnakPedulidiMasaPandemi. Tema ini diusung sebagai motivasi bahwa pandemi tidak menyurutkan komitmen untuk tetap melaksanakan HAN secara virtual, tanpa mengurangi makna HAN itu sendiri. (www.kemdikbud.go.id, Kamis, 22/7/2021)

Tak jauh berbeda dengan pejabat pusat. Di Kabupaten Bandung, Bupati Dadang Supriatna melalui Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), Muhammad Hairun mengadakan kegiatan serupa (HAN) di Bale Winaya, Soreang, Kamis (29/7/2021). Acara ini diselenggarakan dengan maksud mewujudkan anak berkualitas yang mampu memajukan  bangsa, melalui perbaikan di sektor pendidikan dan kesehatan yang menjadi hak anak di Kabupaten Bandung. Menurut Hairun pemenuhan hak-hak anak di masa sekarang, merupakan jaminan atas ketersediaan SDM unggul di masa depan, yang mampu mencetak insan berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. (timesindonesia.co.id)

Kapitalisme Merampas Hak Generasi

Baca Juga:Jangan Konsumsi Sembarangan, 3 Buah Ini Ternyata Berbahaya Jika Salah MakanCara Menyimpan Daging Di Kulkas Biar Tahan Lama

Pemerintah bisa saja menggulirkan berjuta program untuk kemajuan anak dalam momen HAN yang senantiasa diperingati setiap tanggal 23 Juli. Akan tetapi, apalah artinya jika semua itu tak dinikmati anak-anak. Banyak dari mereka dipenuhi duka dan nestapa, hidup sebatang kara karena pandemi telah merenggut nyawa kedua orangtua dan saudara. Di sudut kota dan pelosok desa pun masih dijumpai anak-anak mengais sampah, mencari rongsokan demi sesuap nasi dan membeli kuota. Tak urung kemiskinan dan kelaparan memaksa beberapa dari mereka putus sekolah, terlibat kriminal, terjebak dalam arus pergaulan bebas, menjadi korban human trafficking  dan terjerembab dalam lembah prostitusi.

0 Komentar