Berkah Nani Geluti Usaha Kue Kering Tradisional Sunda

Berkah Nani Geluti Usaha Kue Kering Tradisional Sunda
DIJEMUR: Salah seorang putri ibu Nani tampak turut membantu mengeringkan rangginang, yang diproduksi di rumahnya. DAYAT ISKANDAR/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Minim Bantuan tap Mampu Ekspor ke Timur Tengah

Bicara kuliner, tentunya setiap daerah di nusantara mempunyai daya tariknya masing-masing. Tak terkecuali daerah Jawa Barat yang dikenal dengan sebutan tanah priangan. Ada begitu banyak makanan khas sunda yang menggiurkan. Seperti Nani (31) yang sejak tahun 2014 membuat panganan khas Sunda berupa kue kering.

DAYAT ISKANDAR, Purwakarta

Nani memproduksi kue, antara lain, Kue Sorodot (Kue jempol), Rangginang (krupuk ketan), Ranggining dan kripik ketan. Bagi pengusaha kecil warga Kampung Cipeucang, RT 01/02 Desa Gandasoli Kecamatan Plered, membuat kue kering khas Sunda sebagai mata pencaharian, untuk menghidupi keluarga. Namun ironisnya, meski usaha kreatifnya itu dikerjakanya setiap hari sejak 5 tahun silam, Nani mengaku belum pernah merasakan sentuhan bantuan permodalan baik dari pemerintah daerah maupun pusat.

“Saya tidak tahu, apa itu bantuan modal. Kalau PKH memang saya dapat, tapi kalau permodalan untuk usaha saya ini belum sama sekali,” terang Nani.

Baca Juga:Pelototi Rekapitulasi, Waspadai Pergeseran SuaraTribute To Pahlawan Demokrasi

Sepintas memang cukup miris mendengarnya. Betapa tidak, Nani yang kini membuka warung kecil khusus untuk outlet kue kering produksinya, berada ditepian jalan Desa Gandasoli. Tepatnya di Kampung Cipeucang antara Desa Ganda Mekar dan Desa Gandasoli ini. Seharusnya, sudah merasakan bantuan baik itu bergulir maupun kredit lunak.

Diakui Nani, dirinya yang kerap sibuk didapur dan diwarung untuk mengolah kue kue kering, lalu memasarkannya. Nani tidak memiliki waktu banyak untuk terjun di dunia organisasi. Baik organisasi tingkat desa, maupun lainnya.

Nani mengaku tidak masuk dalam kategori pengusaha lokal tradisional, yang dilirik tim pendata baik ditingkat desa maupun kabupaten. “Ah, saya mah tiap hari mengelola usaha ini dan selalu sibuk di rumah. Tidak pernah masuki kumpulan ibu-ibu,” ungkapnya polos.

“Berkah”, mungkin itu yang menjadi kata kunci bagi pengusaha kecil termarjinalkan ini. Meski tak mendapat sentuhan bantuan, produksi kue kering yang dikelolanya sudah masuk Saudi Arabia, Qatar bahkan sampai ke Dubai.

“Bukan cuma kebetulan, saat rekan dan teman-teman kami pulang menjadi TKW dari ketiga negara petro dolar itu, saat mereka kembali bekerja ke sana selalu membeli oleh-oleh dari kita untuk majikannya,” terang Nani.

0 Komentar