Ustad Agus Menyembuhkan Orang Gangguan Jiwa, Diazarkan Zikir hingga Masak Beras

Ustad Agus Menyembuhkan Orang Gangguan Jiwa, Diazarkan Zikir hingga Masak Beras
MAKAN SEADANYA: Para pasien penderita gangguan jiwa saat makan bersama di yayasan Darul Iman. Setiap hari Ustad Agus memasak sekitar satu karung beras. INDRAWAN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Peduli pada sesama manusia sudah sewajarnya melekat pada setiap diri manusia. Menempatkan manusia sebagai manusia, sekalipun bagi mereka penderita gangguan kejiawaan. Begitulah prinsip yang dipegang teguh oleh Ustad Agus Abdul Kusman, Pengasuh Yayasan Darul Iman, Kalijati. Di sanalah ia mengobati ratusan orang gangguan jiwa atau disabilitas mental. Bagaimana kesehariannya?

LAPORAN: INDRAWAN, Kalijati

Setiap hari pria yang akrab disapa Ustad Agus ini mengurusi puluhan bahkan ratusan orang dengan gangguan kejiwaan di rumahnya sendiri. Rata-rata orang dengan gangguan jiwa yang ia rawat berasal dari jalan yang dia bawa sendiri.

“Kebanyakan semua dari jalan, saya yang ajak kesini. Ada juga dari Satpol PP, Dinsos, bahkan warga yang antar ke sini,” kata Ustad Agus saat ditemui di kediamannya.

Baca Juga:Isi Kekosongan Posisi Bupati, Belum Diputuskan Pjs atau PlhPemasaran Produk Desa Didorong via Digital

Untuk oprasional sehari-hari seperti biaya makan, peralatan mandi, sabun mandi, pasta gigi, Agus harus merogoh koceknya sendiri. Padahal ada lebih dari 50 orang dengan gangguan jiwa yang dia asuh di rumahnya itu.

“Biayanya sendiri aja, mau berharap dari siapa emang?” Ustad Agus balik bertanya saat menjawab biaya oprasional yang ditanyakan oleh Pasundan Ekspres.

Dia menambahkan kegiatan yang sudah dia tekuni selama 25 tahun ini minim mendapat perhatian dari siapapun, termasuk pemerintah. Segala upaya sudah dilakukan Ustad Agus agar kegiatannya bisa diperhatikan pemerintah untuk kemudian mendapat sedikit bantuan yang bisa meringankan beban biaya oprasional sehari-hari tetap saja nihil.

Ironinya kegiatan Ustad Agus malah sempat dimanfaatkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk dijadikan alat meminta-minta pada pihak perusahaan dan pemerintahan. Tidak ada satu rupiahpun sampai di yayasan yang dia kelola untuk meringankan biaya oprasionalnya.

“Hingga saya sempat bergabung dengan salah satu LSM, kami bergerak sama-sama untuk mencari bantuan, bukannya dapat (bantuan) malah nombok,” jelasnya.

Banyak hala terjadi ketika bergerak meminta sumbangan atau perhatian pemerintah untuk membantu biaya oprasional yayasannya membuat Ustad Agus memilih sikap untuk tidak lagi-lagi meminta bantuan. Ia memutuskan untuk membiayayi kebutuhan oprasiaonalnya sendiri, tidak berharap pada siapapun.
“Pilihan saya berdiri di atas kaki sendiri saja, ada yang membantu, syukuri, alhamdulilah, tidak ada yang membantu ya jalani aja. Saya selalu yakin ada berkah Tuhan disetiap niat baik seseorang, termasuk saya,” kata Ustad Agus.

0 Komentar