Ikhlas: Kunci Diterimanya Ibadah Kita

Ikhlas: Kunci Diterimanya Ibadah Kita
0 Komentar

  1. Seseorang yang melakukan ibadah dengan ikhlas , hidupnya jarang sekali merasa kecewa karena ketika beribadah misalnya memberikan makanan kepada fakir miskin, dia tidak ingin mengharapkan pujian, sanjungan tapi yang dia harapkan hanya kepada Allah SWT semata Meskipun dikritik bahkan diolok-olok dan dibully, sikapnya tidak pernah berubah karena memang bukan dari manusia yang dia ingin dia dapatkan.
  2. Seseorang yang melakukan ibadah dengan ikhlas tidak tergantung pada machluk.Sayidina Ali pernah berkata  bahwa orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapat pujia, diberikan ucapan terima kasihpun tidak pernah berharap dan tidak tidak pernah terbersit dalam pikirannya ketika beramal karena yang beramal sedang berhadapan dengan Tuhannya.
  3. Ketika beramal, orang yang ikhlas tidak pernah bedakan antara yang kecil dan besar. Imam Al Ghazali pernah bermimpi membebaskan lalat yang tercelup dalam tinta tulis dan diambilnya lalat itu kemudian dikipaskannya dan dilepaskan. Sekecil apapun sebuah amal yang dilakukan bila dilakukan dengan ikhlas dan sempurna, itu menjadi sebuah amalan yang besar.

Oleh karena itu dalam setiap ibadah hendaknya pelaku selalu memperhatikan dengan seksama tentang niat dan keikhlasannya. Ingat sebuah kisah ahli ibadah , seorang bernama Abu bin Hasyim tak pernah absen dalam melaksanakan sholat tahajud dan bermunajat kepada Allah asyik beribadah memikirkan diri sendiri  dan oleh karenya tak pernah tercatat amalannya dalam buku catatan Malaikat atau tidak ada dalam catatan sebagai hamba pecinta Allah.

Dan malaikatpun pun berkata kepada Hasyim setelah terjadi dialog dengan mengatakan : “ Wahai Abu bin Hasyim : Engkau memang bermunajat kepada Allah, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Tetanggamu ada yang sakit atau lapar, tidak engkau tengok dan beri makan. Bagaimana mungkin engkau menjadi hamba pecinta Allah. Kan sia sia atau ngeres namanya. Mendengar ucapan utusan Allah tersebut, Abu bin Hasyim pun sadar bahwa hubungan harmonis tidak semata diciptakan hanya untuk Allah , akan tetapi juga kemesraan dengan sesama manusia atau ciptaannya (Mukasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali).

0 Komentar