Pendapatan Menurun Drastis, Sopir Angkot Keluhkan Kemacetan di Lembang

Pendapatan Menurun Drastis, Sopir Angkot Keluhkan Kemacetan di Lembang
MANGKAL: Sejumla angkot jurusan Lembang-Cisarua memilih mangkal di depan pasar Panorama Lembang. EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

LEMBANG-Kemacetan yang terjadi di jalur wisata Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), dikeluhkan pengemudi sopir angkutan kota (angkot) karena pendapatan mereka menurun.

Ketua Organisasi Persatuan Pengemudi Cisarua Lembang (PPLC), Denden Susanto menyatakan sejak awal musim libur lebaran, jumlah penumpang yang menggunakan angkot menurun drastis karena jalurnya terhambat macet. “Musim libur benar-benar mengganggu penghasilan sopir. Kami hanya bisa bawa angkot 1-2 rit, dengan pendapatan antara Rp60-Rp100 ribu sehari,” katanya, Senin (10/6).

Dari 71 unit angkot trayek Lembang-Cisarua, lanjut dia, hanya 50 unit saja yang tetap berjalan cari penumpang di saat musim libur walaupun harus berjuang di tengah kemacetan yang nyaris terjadi setiap hari. “Kami memaksakan untuk operasional karena kebutuhan. Kalau enggak nyupir, mau dapat uang dari mana?,” tuturnya.

Baca Juga:Gegara Menyan Sajikan Pemandangan Pulau dan Hamparan Pasir Tengah TautGP Ansor Siagakan Posko Mudik

Beban sopir saat musim liburan makin berat karena pengeluaran biaya bahan bakar kendaraan bertambah. Menurut dia, selama ini sopir angkot hanya mengandalkan penumpang dari ibu rumah tangga dan anak sekolah. “Selama anak sekolah masih libur, sopir angkot semakin resah karena pendapatannya semakin berkurang,” bebernya.

Cucu Supriatna, sopir angkot lainnya mengakui hal yang sama. Sejak menjamurnya tempat wisata di Lembang berdampak pada pemasukan. “Kadang membawa penumpang hanya dua orang, bahkan sering angkot kosong, enggak bawa penumpang sama sekali. Soalnya penumpang merasa lebih cepat jalan kaki daripada naik angkot akibat jalurnya terjebak macet,” kata Cucu.

Cucu yang telah 30 tahun menjadi menjadi sopir angkot menyebutkan, penumpang yang naik ke angkotnya kini bisa dihitung jari. Selain faktor kemacetan, kemudahan masyarakat mendapatkan kredit motor juga jadi keluhan Cucu serta supir angkot lainnya. “Sangat jauh dengan jaman dulu, sekitar tahun 1990-2000-an ketika masih banyak masyarakat yang masih gunakan angkot sehingga berdampak pada penghasilan kita. Waktu itu, saat-saat liburan jadi berkah, karena masyarakat masih naik angkot untuk bersilaturahmi dengan tetangga atau sanak saudaranya,” terangnya.

Denden dan Cucu berharap, pemerintah mencarikan solusi agar kemacetan yang sering terjadi segera teratasi. Lebih dari itu, mereka menginginkan dengan hadirnya wisatawan luar kota bisa mendongkrak pendapatan para supir. “Usulan kami, pemerintah membangun terminal bus, jadi bus-bus itu parkir di terminal sementara wisatawan diangkut pakai angkot ke tempat wisata. Dengan begitu tidak ada yang dirugikan, jalan raya tidak macet, pendapatan kita juga bakal naik,” jelasnya. (Eko/sep)

0 Komentar