Perajin Layang-layang Banjir Order, Tambah Jam Kerja Demi Kejar Pesanan

Perajin Layang-layang
PRODUKSI: Kaum hawa ikut memproduksi layang-layang yang siap dipasarkan mulai dari Bandung hingga Jakarta. EKO SETONO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

CIHAMPELAS-Di tengah pandemi Covid-19, perajin layang-layang di Kampung Pasirwangi Desa Singajaya Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat (KBB) banjir pesanan.

Sejumlah perajin yang awalnya biasa memasok antara 500-an layangan perminggu, kini melonjak menjadi seribu layangan. Para pengrajin di desa ini biasanya memasok untuk para pedagang eceran di wilayah Bandung, Soreang dan Jakarta.

Salah seorang perajin, Dindin Saefudin (36) mengaku, lonjakan pesanan layangan diduga karena panjangnya libur sekolah anak-anak sebagai imbas dari pandemi Covid-19. “Pesanan naik sejak bulan April lalu atau semenjak anak-anak mulai belajar di rumah. Bahkan dibanding tahun lalu, tahun sekarang ada peningkatan drastis hampir 100 persen,” katanya, Selasa (7/7).

Baca Juga:Pastikan Protokol Kesehatan, Anggota Polisi dan TNI Jaga Objek WisataTerima Bantuan Ambulance dari CIMB Niaga Syariah, Bupati Sindir Bank di KBB

Dia menyebutkan, hampir semua warga Pasirwangi berprofesi sebagai perajin layang-layang yang keterampilannya diperoleh secara turun temurun dari orang tuanya. Dindin sendiri menekuni kerajinan berbahan baku kayu dan kertas ini sejak duduk di bangku SD.

Bisa bantu perekonomian warga,

“Di sini hampir setiap rumah bekerja sebagai pembuat layang-layang, mulai dari layangan hias hingga aduan. Alhamdulillah bisa bantu perekonomian warga,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, harga setiap jenis layangan tergantung kerumitan dari motif yang dibuat, namun biasanya harganya dibanderol dibawah sekitar Rp2.000 perbuah. “Kalau saya sekeluarga bikin jenis layangan jabrug yang biasa dimainkan anak-anak. Untuk satu buah layangan dari saya dijual Rp1.000,” ungkapnya.

Bukan hanya laki-laki, kaum hawa di kampung ini juga berprofesi sebagai pembuat layang-layang. Seperti yang dikerjakan Rina, perempuan 21 tahun ini sudah menekuni kerajinan ini sejak berhenti bekerja di pabrik, beberapa tahun lalu.

“Saya buatnya tergantung pesanan, tetapi biasanya antara 500-1.000 buah layangan perhari,” bebernya.

Diakuinya, selama pandemi korona, usaha layang-layangnya mengalami kenaikan pesanan. Demi mengejar pesanan, Rina menambah jam kerja dari pukul 08.00 WIB – 20.00 WIB. “Seiring kenaikan pesanan, harga untuk 1 ball yang berisi seribu biji layangan sekarang dijual Rp1,2 juta. Tapi sebelum pandemi biasanya hanya Rp 650 ribu,” jelasnya.(eko/sep)

0 Komentar