Rubah Limbah Tahu Jadi Biogas, Ampasnya Jadi Pangan Ternak

Rubah Limbah Tahu Jadi Biogas, Ampasnya Jadi Pangan Ternak
PRODUKSI TAHU: Saeful Hakim manfaatkan limbah produksi tahu dengan merubahnya jadi biogas. ASEP IMAM MUTAQIN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

LEMBANG-Limbah identik dengan bau, jijik, dan sifat kotor lainya yang disematkan padanya. Baik limbah organik yang berasal dari hewani, botani maupun non organik yang mengandung zat kimia berbahaya bagi lingkungan hidup.

Seperti limbah produksi tahu yang sering dibuan begitu saja karena dianggap sudah tidak bermanfaat lagi. Namun, bagi Saeful Hakim (34) warga Kampung Ciputri RT 01/RW 08 Desa Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), libah produksi tahu ini dimanfaatkan untuk kebutuhan lain.

Pria lulusan SMP itu ini mampu melakukan inovasi mengubah limbah produksi tahu dari pabriknya menjadi biogas, yang dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga.

Baca Juga:Polres Cimahi Petakan Titik Kemacetan Arus MudikRibuan Borol Miras Disita Polisi

Sejak berdiri pada 2015 lalu, awalnya limbah cair dari pabrik tahu miliknya dibuang langsung ke sungai. Hingga akhirnya, ia ditegur dan diminta oleh Satgas Citarum Harum untuk mengolah limbah tahunya pada 2018 lalu. “Dari situ saya mulai membangun instalasi pengolahan air limbah produksi tahu. Ide pembuatan biogas ini, banyak cari tahu di internet. Kemudian saya mulai membeli alat dan merakitnya selama satu bulan. Proses ini menghabiskan sekitar Rp 30 juta,” ujar Saeful saat ditemui di pabriknya, belum lama ini.

Diakui Saeful, dalam prosesnya alat biogas tersebut tidak langsung jadi begitu saja. Namun, dengan keuletannya dan semangat tak pantang menyerah, akhirnya upayanya membuahkan hasil. “Awalnya lumayan susah juga, tapi setelah terus berusaha akhirnya berhasil,” ujarnya.

Instalasi pengolahan limbah tahu itu bisa mengolah delapan ribu liter air limbah tahu, yang dialirkan ke tanki penampungan bawah tanah sedalam tiga meter yang ditutup beton. Sisa produksi tersebut diferementasi selama satu hingga dua minggu, untuk menghasilkan gas methana. “Paling bagus satu bulan, gas methana itu dialirkan melalui pipa. Kemudian langsung disambungkan dengan selang ke kompor di dapur untuk memasak,” katanya.

Setelah kenop gas dibuka, kata Saeful, api baru bisa muncul setelah dipancing oleh korek. Cara ini tidak berbahaya meskipun di bawah tanah yang dipijaknya ada gas dengan tekanan tinggi. “Api yang keluar dari kompor memang tidak terlihat stabil seperti kompor gas LPG, tapi ketika dipakai untuk memasak daya panasnya tak kalah unggul. Setelah disalurkan, hampir tidak tercium bau dari gas. Kalau lama-lama ya ada bau sedikit, tapi tidak terlalu menyengat,” terangnya.

0 Komentar