Meningkatkan Empati Siswa melalui Pembiasaan

Meningkatkan Empati Siswa melalui Pembiasaan
0 Komentar

Salam – Senyum – Sapa – Sopan – Santun  di Era Pandemi

( Studi Kasus di SMAN 1 Banguntapan, Bantul,DIY )

Oleh :

 1.Dra.Suyatinah,M.Pd ( Guru Geografi SMAN 1 Banguntapan, Bantul,Yogyakarta )

2.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS dan Kolumnis Radar Solo,Jawa Pos )

Pada saat ini sebagian besar sekolah di Indonesia sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran Tatap Muka meskipun masih bersifat terbatas. Kebijakan pemerintah ini diambil karena pandemi covid-19 belum sepenuhnya hilang. Tehnik pengaturannya bervariasi, ada yang siswa nomer ganijl tatap muka, nomer genap daring, ada juga yang separoh nomer urut atas tatap muka, separoh no urut bawah daring.

Tehnis ini diserahkan kepada pihak sekolah. Demi menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan, yaitu munculnya cluster-  cluster baru di sekolah, maka pembelajaran tatap muka terbatas harus dilaksanakan dengan prokes yang ketat. Sarana cek suhu tubuh, seperti termogun, tempat cuci tangan dengan air mengair dan sabun, penggunaan masker , pengaturan jarak tempat duduk siswa, , membawa alat tulis sendiri-sendiri, membawa bekal dari rumah/ menghindari jajan, dan lain- lain, dipantau sangat ketat.

Baca Juga:Pembangunan Kantor Desa Jati Hampir RampungQuick Advice In Literary Analysis Sample Uncovered

Selain itu,  hal- hal lain seperti proses pengumpulan tugas diatur supaya jangan menggunakan kertas/ buku, meskipun sebagian siswa yang sudah mengikuti pembelajaran tatap muka, namun proses pengumpulan tugas masih secara online. karena dikhawatirkan bisa menjadi media penyebaran virus covid- 19. Berbagai aturan yang ketat tersebut, tidak bisa dipungkiri, terrnyata berdampak pada proses interaksi sosial antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru semakin menurun. Tidak boleh kontak fisik melalui jabat tangan dan hanya mengatupkan kedua tangan, dengan menggunakan masker  cenderung membatasi berbicara untuk sekedar mengucapkan : salam- assalamu’alaikum atau selamat pagi, menghindari tersenyum. Hal ini kami rasakan di lingkungan sekolah, dimana interaksi antara siswa dan guru sudah ‘tidak menyentuh’.

Di sekolah kami, SMA N 1 Banguntapan, Bantul, berupaya untuk mengatasi dampak negatif dari memudarnya ‘kedekatan siswa dengan guru’ akibat pandemi ini dengan tetap menyapa siswa setiap pagi. Guru dankaryawan, dibuat piket pagi, menyongsong kehadiran siswa di beberapa tempat, mulai dari gerbang, teras lobby, lobby, dan selasar menuju ruang kelas siswa.

0 Komentar