Pandemi COVID-19 dari Balik Kaca Laboratorium

Pandemi COVID-19 dari Balik Kaca Laboratorium
Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jabar dengan Biosafety Level 2 (BSL-2) ditunjuk menjadi salah satu laboratorium pemeriksa sampel terduga COVID-19 di Jabar. (Foto: Humas Jabar)
0 Komentar

KOTA BANDUNG – COVID-19 betul-betul menjadi pandemi, dari Asia ke Eropa, dari Afrika ke Amerika, dan menginfeksi lebih dari satu juta orang juga menjadi kematian bagi hampir 90 ribu pasien di dunia.

Jawa Barat (Jabar), provinsi berpenduduk terbanyak di Indonesia (hampir 50 juta jiwa), mencatat 366 kasus positif hingga Kamis, 9 April 2020. Nyawa 35 orang tidak tertolong akibat virus SARS-CoV-2 itu.

Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar terus berupaya untuk memutus rantai persebaran, salah satunya melakukan tes masif dengan alokasi 63 ribu alat Rapid Diagnostic Test (RDT) bagi 27 kabupaten/kota, rumah sakit, instansi vertikal, institusi pendidikan, serta pesantren.

Baca Juga:Gubernur Jabar Harap MUI Pusat Pertimbangkan Fatwa Haram MudikJumlah PDP Selesai Diawasi di Jabar Meningkat

Tujuannya, berkali-kali disebutkan oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil, adalah untuk memetakan zona atau sebaran COVID-19 di Jabar agar pihaknya bisa menentukan tindak lanjut yang cepat dan tepat, termasuk dalam wujud keputusan/aturan daerah.

Dalam proses pemetaan atau tracing itu, Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) pun berperan penting sebagai salah satu laboratorium yang ditunjuk Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk pemeriksaan COVID-19 di Jabar.

Ratusan kasus positif yang dilaporkan di Jabar, di antaranya dipastikan melalui lima tahap pemeriksaan di Labkesda Jabar bekerja sama dengan ITB dan Unpad. Lima tahap tersebut yakni proses ekstraksi, real time PCR (Polymerase Chain Reaction), interpretasi hasil, verifikasi, dan validasi.

Menurut Kepala UPTD Labkesda Jabar drg. Ema Rahmawati, M.KM, pihaknya memberikan laporan dari tiga sumber pemeriksaan, yaitu sampling nakes (tenaga kesehatan) risiko tinggi di rumah sakit, sampling PDP (Pasien Dalam Pengawasan) di rumah sakit, serta sampling Labkesda kabupaten/kota terhadap hasil rapid test, ODP (Orang Dalam Pemantauan), maupun OTG (Orang Tanpa Gejala/asimtomatis).

“Selain itu, bisa juga dari kegiatan sampling yang dilakukan kami sendiri, salah satunya terhadap klaster GBI Lembang,” ujar Ema saat ditemui di Balai Labkesda Jabar, Kota Bandung, Kamis (9/4/20).

Untuk mengerjakan proses pemeriksaan, Labkesda Jabar menggunakan lima mesin real time PCR, dua di antaranya merupakan bantuan dari Pemda Provinsi Jabar lewat APBD. Selain itu, terdapat pula satu alat automatic extraction (ekstraksi) milik Unpad yang digunakan di Labkesda Jabar.

0 Komentar