Maranggi Tingkatkan Spirit Literasi

Maranggi Tingkatkan Spirit Literasi
PRIHATIN: Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika prihatin, budaya membaca nyaris dilupakan generasi muda. MALDIANSYAH/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Inovasi Perpustakaan Melalui Smartphone

PURWAKARTA-Pemerintah Kabupaten Purwakarta, terus mengembangkan sebuah inovasi guna meningkatkan minat baca masyarakat. Kali ini, berupa penyediaan layanan perpustakaan yang bisa diakses melalui smartphone.

Layanan perpustakaan berbasis e-book itu diberi nama dengan kuliner khas Purwakarta. Yaitu, Maranggi atau yang jika dipanjangkan berarti Maca Rame-rame Ngangge Digital. Layanan ini, merupakan pengembangan lain dari layanan perpustakaan berbasis teknologi yang sebelumnya diluncurkan pemerintah.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Purwakarta, Mohamad Ramdhan menuturkan, layanan Maranggi ini sengaja diluncurkan untuk memudahkan layanan perpustakaan. Melalui layanan ini, masyarakat terutama pelajar bisa mengakses buku bacaan melalui telepon seluler.

Baca Juga:STAI Al-Muhajirin Runner Up Lomba KaligrafiPilkades Serentak di Purwakarta, DPMD Tunggu Jawaban Kemendagri

“Saat ini, membaca buku di perpustakaan daerah juga bisa dilakukan melalui smartphone,” ujar Ramdhan, Rabu (19/2).

Ramdhan menjelaskan, layanan Maranggi ini merupakan pengembangan dari layanan perpustakaan digital yang diluncurkan sebelumnya. Untuk mengakses layanan ini cukup mudah, masyarakat hanya tinggal mengunduh aplikasi E-Perpusda di smart phone.
“Untuk saat ini, layanan tersebut sudah bisa akses,” jelas dia.

Sementara itu, Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika mengaku prihatin, karena seiring berkembangnya teknologi penggemar baca buku pun semakin berkurang. Bahkan, menurut dia, saat ini budaya membaca nyaris dilupakan oleh generasi muda.

Hal itu dibenarkan jika melihat data yang dirilis United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Minat baca masyarakat di Indonesia saat ini hanya di angka 0,001 persen. Angka tersebut, ternyata tak jauh beda dengan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) di 2012 lalu, yang menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi.

Mungkin, saat ini yang cenderung lebih diperhatikan, yakni tayangan televisi, sosial media dan permainan elektronik digital lainnya. Apalagi, saat ini sedang trend fasilitas-fasilitas hiburan yang menggunakan jaringan internet.

Hal itu juga yang mendasari pihaknya untuk terus membuat program sebagai bagian dari upaya melestarikan dan meningkatkan budaya baca di masyarakat. Salah satunya, dengan memaksimalkan peran perpustakaan daerah (Perpusda).

“Spirit literasi masyarakat perlu ditingkatkan kembali,” ujar Anne.

0 Komentar