Ngopi, Antara Kebutuhan dan Gaya Hidup

Ngopi, Antara Kebutuhan dan Gaya Hidup
GAYA HIDUP. Pelaku dan Pengamat Kopi Widdy Apriandi saat berpose di coffee bar. Dirinya menyebutkan minum kopi bagi warga Purwakarta semakin menjadi gaya hidup.
0 Komentar

Potensi Kopi Wanayasa

PURWAKARTA-KEDAI kopi, kopi tiam, warung kopi, coffee shop atau apa pun namanya, kini semakin menjamur di Purwakarta. Hampir di setia sudut kota ada saja keberadaan kedai kopi. Istimewanya, setiap kedai didesain semenarik dan senyaman mungkin.

Ukurannya tak perlu besar, sederhana saja sudah cukup, tapi itu tadi, dirancang senyaman mungkin agar pelanggan betah berlama-lama. Kongkow, nongkrong, nge-date, baca buku, atau sebatas menghilangkan penat sepulang kerja sambil menikmati secangkir kopi.

Bahkan tak sedikit yang desainnya instagramable banget, sehingga pas buat swafoto atau ber-wefie ria bareng ak terus diunggah di media daring.

Baca Juga:Selain Menjadi Kewajiban, Hijab Kini Jadi TrendsetterFPI Bubarkan Acara Majalah Popular, Diduga Berbau Pornografi

“Gaya hidup, ya, saat ini minum kopi bagi masyarakat di Purwakarta baru pada tahap gaya hidup, belum menjadi suatu kebutuhan” ucap Pelaku dan Pemerhati Kopi Widdy Apriandi saat dihubungi Pasundan Ekspres, Ahad (15/12).

Pemegang lisensi barista tingkat nasional ini pun menyebutkan, tak sulit untuk membuktikan jika minum kopi baru sebatas gaya hidup, lihat saja seberapa banyak yang mendatangi kedai kopi di pagi hari. Bahkan nyatanya, hampir seluruh kedai kopi baru dibuka menjelang siang.

“Kebanyakan penikmat kopi datang ke kedai kopi usai pulang kerja. Bahkan bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam karena biasanya sambil ngobrol bareng kawan atau rekan,” ujarnya.

Hal ini, kata Widdy, bukanlah suatu hal yang negatif. “Karena, mau tak mau, untuk menuju tahapan kopi sebagai kebutuhan hidup, memang harus melalui fase gaya hidup terlebih dahulu,” kata Widdy yang saat ini mengelola Imaku Coffee & Pastry di Jl. Veteran No. 342A Sadang – Purwakarta.

Yang menarik, Widdy menyebutkan jika wilayah Purwakarta, di antaranya di Kecamatan Wanayasa, pernah masuk ke dalam sistem culture stelsel atau tanam paksa tumbuhan kopi pada zaman penjajahan Belanda.

“Tak banyak yang mengetahui jika di Purwakarta ada kebun kopi. Namun memang kondisinya saat ini terbilang liar, tak ada yang khusus mengelolanya. Sehingga potensinya masih sangat besar untuk dimaksimalkan. Bahkan tak menutup kemungkinan bisa menjadi industri kopi asal ada dukungan semua pihak, terutama Pemda Purwakarta,” ucapnya.(add/ded)

0 Komentar