Cukup Dibayar dengan Ngopi dan Gorengan, Komunitas Pemuda Ruang Nafas Konsisten Peduli Atas Persoalan Sampah

Cukup Dibayar dengan Ngopi dan Gorengan, Komunitas Pemuda Ruang Nafas Konsisten Peduli Atas Persoalan Sampah
YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES GOTONG ROYONG: Pemuda yang tergabung dalam komunitas Ruang Nafas melakukan pengumpulan sampah yang dikelola secara swadaya.
0 Komentar

Ruang Nafas sebuah komunitas pemuda di Dusun Rancabango Desa Rancabango konsisten menunjukan kepedulian terhadap persoalan sampah. Hampir 5 tahun berjalan, Lutfi Musaddad selaku founder Ruang Nafas mengaku bangga bahwa Ruang Nafas tetap berjalan meski dibentuk dan dilaksanakan secara swadaya dengan melibatkan pemuda dan masyarakat.

——-

Dia mengatakan, saat ini kegiatan pengelolaan sampah masih terus berjalan setiap minggunya. Bahkan, kini mereka makin terbantu dengan keberadaan sarana dan prasarana tambahan yakni gerobak angkutan sampah serta cator yang merupakan bantuan dari Saemaul Global Foundation (SGF).

“Alhamdulillah kegiatanya masih terus berjalan, setiap Jumat sore kita sebar plastik, malamnya kita angkutam sampah tersebut,” kata Lutfi dihubungi Pasundan Ekspres, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda, Kamis (28/10).

Baca Juga:Jangan Abaikan Penyakit MenularPojokan 69 Pancasila Ada Dimana?

Aktivitas tersebut berjalan dengan rutin dengan dukungan penuh dan kebersamaan para pemuda yang tergabung dalam Ruang Nafas. Ada hal yang membuat Lutfi bangga dan merasa memiliki hutang budi tak lain adalah keikhlasan dan kebersamaan para pemuda yang peduli dan bersedia melakukan aktivits peduli lingkungan tanpa bayaran.

“Sejujurnya ada yang buat saya bangga, mereka itu tanpa dibayar. Hanya ada untuk ngopi, merokok dan makan gorengan saja, itupun bareng-bareng, tidak dibayar. Ini yang membuat semangat dan kita juga ingin terus berkembang, agar usaha kita dan mereka juga mendapat manfaat disini,” jelasnya.

Saat melakukan kegiatan pengumpulan sampah, Ruang Nafas tidak menargetkan tarif tertentu pada masyarakat. Semuanya saat ini masih diserahkan pada kesediaan dan keikhlasan masyarakat.

“Kita belum bisa menargetkan, untuk iuran sampah pun yang kami sudah berjalan di 6 RT ini seikhlasnya. Mulai Rp2 ribu hingga Rp5 ribu. Meskipun saat ini warga juga yang merasakan manfaat banyak yang memberi sebesar Rp 5.000. Sejauh ini Alhamdulillah untuk operasional bisa tertutup,” imbuhnya.

Selain melakukan pengumpulan sampah, Ruang Nafas juga membuat beberapa produk baik dari sampah atau limbah bekas maupun kerajinan seperti tas dari bahan-bahan plastik, kerajinan tangan hingga tas rajut.

“Tapi kami terkendala di pasar atau konsumennya, jadi sementara kami belum banyak  produksi lagi,” ungkap Lutfi.

0 Komentar