Kisah Eti Penjual Jamu Gendong Sejak Tahun 1979, Racikan Sendiri Tanpa Kandungan Kimia

Kisah Eti Penjual Jamu Gendong Sejak Tahun 1979, Racikan Sendiri Tanpa Kandungan Kimia
Kisah Eti Penjual Jamu Gendong Sejak Tahun 1979, Racikan Sendiri Tanpa Kandungan Kimia
0 Komentar

Minuman dan obat tradisional khas nenek moyang bangsa Indonesia adalah jamu tradisional. Jamu yang berbahan ramuan obat-obatan herbal dan akar-akaran ini, hingga kini masih menjadi pavorit minuman sehari-hari masyarakat Indonesia, baik di perkotaan juga di pedesaan.

————-

Jamu tradisional yang tidak mengandung bahan kimiawi, juga menjadi pilihan utama masyarakat akan rasa dan punya ciri khas tersendiri.  Itulah yang membuat jamu tradisional ini bertahan hingga dari jaman ke jaman.

Eti penjual Jamu Gendong (kini bersepeda) menuturkan, dirnya sudah jualan Jamu Gendong sejak tahun 1979. Saat itu harganyapun masih Rp 5,00 (lima perak), kemudian naik Rp35 dan terus naik harga sesuai perkembangan zaman dan kini harga satu seduhan gelas Rp3.000 per gelas.

Baca Juga:Disnakertrans dan Toyota Lakukan Kerjasama Program MagangSoal Open Bidding, Elita: Kenapa Sepi Peminat?

“Ya dulu itu, jalan masih bebatuan, ojek pun masih ojek sepeda. Dan saya sudah jualan di daerah Desa Mekarwangi, dulu namanya Desa Munjul saat belum dimekarkan,” kata Eti.

Menurutnya, proses pembuan jamu ini cukup mudah, bahan-bahan alami  dari akar-akaran digodog hingga tanek. Sementara untuk beras kencur dan kunyit juga  prosesnya sama.

Saat itu belum banyak produksi jamu tradisional kemasan, hanya beberapa merk jamu saja. Seperti Cap Jago, Nyonya Meneer dan Sido Muncul. Semua merk jamu sudah cukup dikenal dan familiar di masyarakat.

“Ya itulah merk jamu kemasan. Selain jamu racikan yang diolah sendiri. Seperti beras kencur, kunyit, pait dan anggur asli tanpa alkohol,” tuturnya.

Soal khasiat, banyak khasiat jamu-jamu itu, untuk pegal linu, napsu makan, sehat pria, galian singset dan khasiat lainnya. Sementara pelangganpun sudah sangat mengenalnya, bahkan sudah turun temurun, dari bapaknya atau ibunya, hingga ke anak cucunya.

“Karena sudah langganan dan kenal lama, jadi anak dan cucunya pun, jadi pelanggan jamu ini,” tambahnya.

Hj. Yati salahsatu pelanggan jamu tradisional ini mengatakan, dirinya sangat menyukai jamu ini, karena ciri khas rasanya tidak berubah dan tidak mengandung kimia. Seperti beras kencur, kunyit, pahit dan anggur murni tanpa alkohol. “Sudah langganan sejak lama, sama jamu Ayu ini, rasanya tidak berubah dan harganya murah,” tukasnya.(dan/vry)

0 Komentar