Kisah Kang Ade si Pemanjat Pohon Kelapa Sejak Usia 20 Tahun

Kisah Kang Ade si Pemanjat Pohon Kelapa Sejak Usia 20 Tahun
SUDAH LANGGANAN: Kang Ade, saat sedang memasok buah kelapa pada salah satu pedagang es kelapa yang di sekitar kebun karet Manyeti. INDRAWAN /PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Dari Digigit Tokek hingga Diterjang Angin

Usianya sudah tidak muda lagi. Pada awal Agustus lalu, tepat menginjak usia yang ke 51 tahun. Meski begitu, untuk urusan memanjat pohon kelapa, yang tingginya terkadang mencapai 10 meter lebih, dia tidak bisa dianggap remeh sekalipun oleh seseorang yang usianya jauh lebih muda darinya.

LAPORAN: INDRAWAN, Dawuan

Dialah Kang Ade, yang seperempat dari usia dalam hidupnya dia kerjakan untuk berurusan dengan kelapa. Perkenalannya dengan buah kelapa berawal ketika Kang Ade bekerja pada seorang bandar kelapa, 20 tahun lalu. Kang Ade, sebagai ojek kelapa yang memasok buah kelapa sang bandar, kepada para pedagang es kelapa di sepanjang kebun karet Manyeti.

“Sejak memasuki tahun 2000 an kalau tidak salah, diawali menjadi ojek kelapa. Dari situ saya kenal dengan banyak petani kelapa di daerah Cikaret, Cidahu, Sukasari, Rawalele dan sekitarnya. Memasuki tahun ke 5, bos saya pindah, akhirnya saya melanjutkan,” cerita Kang Ade, sambil mengenang awal perkecimpungannya dengan dunia kelapa.

Baca Juga:Gunadi Kembali Pimpin Pemuda PancasilaAsep Maulana, Apresiasi Open Bidding BUMD

Dari awal kepindahan bosnya itulah, Kang Ade mulai mencoba untuk mendatangi para petani kelapa atau pemilik pohon untuk membeli buah kelapanya. Kemudian dia panjat sendiri, memetik buah kelapa satu persatu. Dia jual sendiri pada para pedagang es kelapa di sepanjang kebun karet Manyeti.

Menurut Kang Ade, dulu ketika pertama dia membeli kelapa, harganya masih sekitar Rp 500 perbuah, hingga sekarang sudah mencapai Rp 3.000 perbuah.

“Kalau dibilang sebagai bandar ya bukanlah. Saya paling banyak juga perhari metik cuma 100 buah. Kalau bandar kan lebih. Lagi pula saya kerjakan sendiri, dari mulai tawar menawar dengan pemilik kebun, manjat pohon, sampai jualnya juga saya sendiri, tidak punya pegawai,” tambahnnya.

Bukan tanpa risiko, memanjat pohon kelapa, yang tingginya bisa 10 meter bahkan lebih, tanpa alat pengaman apapun. Dua kali Kang Ade mengaku pernah jatuh, dari masing-masing ketinggian sekitar 5 meter. Belum lagi gigitan tokek atau sengatan serangga, jika sudah mencapai puncak pohon. Semuanya sudah Kang Ade lalui selama perjalanannya sebagai tukang kelapa. Istilah yang Kang Ade pilih dari pada menyebutnya sebagai bandar kelapa.

0 Komentar