Program Adaptasi Petani Jatireja,

Program Adaptasi Petani Jatireja,
PROGRAM ADAPTASI: Kelompok Tani Sumber Makmur II Desa Jatireja, saat panen perdana program adaptasi, dengan hasil produksi padi yang tinggi. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

COMPRENG-Program adaptasi teknologi spesifik lokalita, hasilkan produksi padi yang bagus, pada kegiatan panen padi di musim ini. Program adaptasi teknologi itu, dilakukan di Kelomok Tani Sumber Makmur II Desa Jatireja Compreng ini, menunjukan hasil yang cukup positif.

PPL BPP Compreng Karnasim mengungkapkan, program adaptasi merupakan program yang digagas oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Di Subang sendiri, program adaptasi ini dilakukan di satu titik, di lima Kecamatan yang telah ditunjuk.

“Program adaptasi ini, dilaksanakan di Kecamatan Binong, Pagaden, Ciasem, Pusakajaya dan Compreng. Nah kalau di Compreng di Jatireja,” kata Karnasim, kemarin (9/10).

Baca Juga:Media Diharapkan Tidak Mengeksploitasi BencanaSehari, 60 Orang Tewas Akibat Narkoba

Sesuai namanya, program adaptasi dilakukan di setiap musim tertentu, yang hasil produksinya dibandingkan dengan musim yang lalu. Hal itu, untuk melihat efektivitas dari program tersebut. “Misalnya musim sekarang dengan musim lalu, ternyata dengan program adaptasi ini produksinya meningkat,” jelasnya.

Karnasim melanjutkan, program yang difasilitasi dalam satu paket, diharapkan dapat menciptakan hasil produksi yang tinggi, serta berupaya untuk menekan biaya produksi petani.

“sekarang inikan biaya bertani semakin tahun justru semakin meningkat, nah program ini salah satunya, untuk menekan biaya produksi,” Jelasnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani yang bernama Minta menjelaskan, bahwa dalam pelaksanaan program adaptasi, yang dilakukan didapat hasil produksi yang cukup tinggi.

“Hasilnya lebih bagus sekarang, perbaunya mencapai 6,3 ton, perbau ya bukan perhektare, tapi ini bagus,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, untuk ukuran padi konsumsi, dengan varietas Inpari 33, hasil produksi yang tinggi ini, bisa jadi angin segar ditengah berbagai kesulitan yang dihadapai petani, seperti kesulitan air dan serangan hama penyakit.

Minta juga mengeluhkan, mengenai mahalnya biaya dalam bertani saat ini. Ia mengakui, bahwa dalam satu bau sawah, bisa menelan biaya Rp 7 juta untuk modal produksi usaha tani.

“Pestisidanya mahal sekarang, satu botol aja sudah 120 rb,” ucap Minta.

Baca Juga:Parpol, Korupsi, dan PeradabanPT Telkom Indonesia Dukung Penyelenggaraan Annual Meeting

Adanya program adaptasi tesebut, diharapkan dapat menjadi solusi dari dua hal yakni, peningkatan hasil produksi serta penekanan biaya produksi, pada musim tanam mendatang.

Dalam kegiatan panen program adaptasi, dihadiri oleh seluruh PPL di BPP Compreng, POPT serta para petani yang ada di Desa Jatireja.(ygi/dan)

0 Komentar