Suka Duka Supir Ambulan  dari Honor Kecil Hingga Mengalami Cerita Horor

Suka Duka Supir Ambulan  dari Honor Kecil Hingga Mengalami Cerita Horor
YUGO EROSPRI/PASUNDAN EKSPRES MENIKMATI: Ketua Paguyuban Supir Ambulan Kabupaten Subang, Kiki Nurdiansyah hendak mengantar pasien.
0 Komentar

SUBANG-Sopir ambulan sangat berperan penting untuk mengantar pasien yang sakit, sekarat, hingga meninggal dunia. Namun kesejahteraan para supir ambulan dirasa sangat kurang diperhatikan.

———

Ketua Paguyuban Supir Ambulan, Kiki Nurdiansyah (40) mengaku sudah berjibaku selama 17 tahun lamanya menjadi supir ambulan. Saat ini, Kiki bertugas di Puskemas Purwadadi. Pekerjaannya yang menuntut harus selalu sigap di segala waktu, untuk mengantarkan pasien dan jenazah di jalaninya dengan segenap hati. “Sudah 17 tahun saya menikmati pekerjaan ini,” ujarnya.

Warga Dusun Krajan Timur RT 03 RW 01 Desa Purwadadi Kecamatan Purwadadi mengungkapkan, ada 35 supir ambulan yang ada tersebar di puskemas dan rumah sakit di Kabupaten Subang. Namun yang disayangkan dari 35 supir, ada 75 persennya yang berstatus honorer sementara 25  persen lagi sudah PNS. “Saya sendiri masih honorer. Kami berharap agar Pemerintah Daerah Kabupaten Subang memperhatikan kesejahteraan kami,” ungkapnya.

Baca Juga:Ruwatan Bumi Pertahankan Khazanah Kearifan LokalPemkab Subang Bagi-bagi Mobil, DPRD: Ini Kurang Efisien

Kiki mengaku menyukai pekerjaannya, walaupun hanya diberi honor Rp1 juta per bulan oleh puskemas tempatnya bernaung. Rasa bangga bisa menolong pasien selamat sampai tujuan adalah suatu hal yang paling berharga dan berpahala. Ada juga dukanya, karena tugas yang tidak mengenal tempat dan waktu, maka dalam keadaan yang biasa hingga darurat harus melaksanakan tugas. “Saya suka menolong orang, namun kita dibebankan tidak mengenal tempat dan waktu,” katanya.

Pengalaman paling berkesan, ketika membawa pasien yang hendak melahirkan untuk dibawa ke Puskesmas. Ternyata sang wanita sudah tidak kuat untuk mengeluarkan bayi di dalam rahimnya. Akhirnya persalinan pun terjadi di ambulan. “Akhirnya sang ibu melahirkan di mobil ambulan, saat sedang dalam perjalanan,” katanya.

Pengalaman seru lainnya, Kiki mengungkapkan kisah horror. Pada tahun 2006, Kiki membawa pasien yang sakit  diantar oleh pihak keluarga dan tenaga kesehatan,  yaitu perawat, ayah dan ibu almarhum. Namun di tengah perjalanan ke rumah sakit, pasien tersebut meninggal. Kiki yang sedang menyupir melihat ke belakang, ternyata melihat  ada orang tua yang memakai blangkon dan baju larik khas Jawa, yang mengelus kepala jenazah tadi. “Iya saya jelas melihatnya. Ada orang tua yang mengelus kepala jenazah,” katanya.

0 Komentar