Kerajinan Bambu Buah Tangan dari Desa Ciasem Girang (Bag. 2 selesai)

Kerajinan Bambu Buah Tangan dari Desa Ciasem Girang (Bag. 2 selesai)
Kerajinan Bambu Desa Ciasem Girang. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKRPES
0 Komentar

“Contohnya seperti wadah korek kemarin, di pasaran itu jarang. Saya cek di google cari nih, kalau ada engga saya buat kalau belum ada saya buat. Kalau diseni seperti ini, kuncinya inovasi,” ucap Rosidi.

Ahkan kata Rosidi, setiap harinya ketika bangun tidur yang selalu terlintas dalam pikirannya adalah inovasi apa yang akan diciptakan hari ini. “Hari ini inovasi apa nih, buat apa nih, ngobrol dengan yang lain, kita satukan,” ungkapnya.

Selain inovasi, faktor lain yang mempengaruhi produksi kerajinan bambu adalah pesanan dari konsumen. Beragamnya keinginan konsumen dan beserta tingkat kesulitanya jadi hal yang juga memberi pelajaran bagi para pembuatnya.

Baca Juga:Pemkab Dorong Situ Nagrog Saradan jadi Tempat WisataMulai Dangkal, Warga Minta Situ Saradan Dinormalisasi

“Konsumen minta apa kita harus kerjakan, harus bisa. Bahkan yang pesen ke sini itu orangnya kan beragam. Seperti cincin akik itu, mereka minta cincin dari bahan kayu ya kita buat. Batunya batu mereka, tapi cincin nya yang buat kita,” ucap Rosidi.
Selama ini pekerjaan pembuatan kerajinan bambu terbilang berjalan dengan lancar. Pencarian bahan berupa bambu kembang hias, bambu item, bamboo wulung serta bambu gombong tidak sulit untuk dicari.

“Bahan Alhamdulillah ada, kita beli dan tersedia meskipun tantanganya sulit yak arena pas kita ambil bamboo kadang kan lewat semak belukar ada ularnya, nah sebetulnya di sini. Kenapa agak mahal karena tantanganya tinggi selain faktor kesulitan juga ya,” imbuhnya.

Rosidi menyebut, yang menjadi kendala saat ini adalah ketersediaan modal serta alat-alat yang digunakan. “Tempat masih di pak Ahong sementara ini, terus untuk bahan dan alat-alat kita terkendala modal meskipun saat inipun sebetulnya terbilang cukup. Tapi kalau untuk kontrak jelas belum bisa,” terangnya.

Meskipun demikian, berjalannya usaha yang terus mengalir pesanan dari berbagai wilayah jadi lading untuk penyambung rezeki para anggota Pokja. Bahkan, hasil dari keuntunganpun dibagi secara rata, tidak memperhatikan aspek senior ataupun junior juga bahkan pemula atau mahir.

“Kita bagi rata saja, jadi keuntunganya dikurangi lsitrik dulu kan karena menumpang, kita bagi rata semua, ga mandang senior atau junior,” ucapnya.

0 Komentar