Kisah Tasdi Warga Gempol yang Selamat dari Gulungan Ombak Tsunami Banten

Kisah Tasdi Warga Gempol yang Selamat dari Gulungan Ombak Tsunami Banten
MASIH TRAUMA: Tasdi kedua dari kiri dan Kepala Desa Gempol Mayo serta aparatur desa saat menjemputnya di Kecamatan Sumur, Banten. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Tasdi juga sangat berterimakasih pada Kepala Desa Gempol dan staf yang telah menjemputnya ke Sumur, Pandeglang, Banten. “Alhamdulillah ini dijemput sama Pak Kuwu, saya sudah seneng banget bisa balik. Tapi waktu itu sempet kaget pas dikasih tahu ada yang jemput tapi bawa ambulan dikiranya saya mati,” ungkap Tasdi sambil tertawa.

Lalu, Kepala Desa Gempol Mayo Sumaryo yang menemani Pasundan Ekspres berbincang Tasdi mengungkan bahwa dirinya beserta aparatur pemdes lainnya yakni Kaur Pemerintahan Agus serta Wakil Maman yang juga saudara Tasdi berangkat menuju Banten pada Rabu (26/12) malam.

“Awalnya pak wakil ini datang ke rumah mau pinjam uang untuk jemput Tasdi kesana, tapi karena Tasdi ini juga warga gempol, jadi yaudah kita berempat sama supir berangkat ke Banten,” ucap Mayo.

Baca Juga:Pemkab dan Aqua Selamatkan Hulu DAS CipunagaraDibunuh Suami, Jasad Nita Dua Hari di Mobil

Lalu Wakil Maman yang juga saudara Tasdi mengatakan bahwa semula ia mendapat kabar bahwa Tasdi meninggal. Namun beberapa hari berselang ada kabar dari anak Ondi bahwa Tasdi selamat.

“Waktu itu ada kabar dari anaknya Ondi, bilang bahwa Tasdi selamat mengabari ke sini. Kalau ayahnya Pa Ondi memang meninggal dan dimakamkan di sana. Terus mengabari kalau tasdi selamat. Baru tuh waktu selasa malam rame di Faceebook Tasdi selamat,” jelas Maman.

Mendengar kabar tersebut, Kepala Desa Gempol dengan inisiatif dan rasa kemanusiaan langsung menuju ke lokasi Kecamatan Sumur di mana Tasdi mengungsi.

Sesampainya di Banten, Kepala Desa Gempol Mayo bercerita saat-saat mencekam ketika melewati jalanan sepanjang pantai menuju Kecamatan Sumur yang gelap gulita dipenuhi puing dan reruntuhan dengan bau mayat menyengat.

“Yang kita mencekam itu saat lewat pesisir pantai itu sepi sekali, gak ada kehidupan. Kita ini was-was itu pinggir pantai sekali dan jalan tuh susah karena banyak lumpur,” ucap Mayo.

Senada dengan Mayo, Kasi Pemerintahan yang ikut menjemput Agus mengungkapkan bahwa ia dan rombongan yang datang begitu merasakan suasana mencekam. Sebab selain banyak puing yang berserakan, bau mayat yang menyengat sempat membuat keempat orang dalam mobil tersebut tidak kuat menahan bau tersebut.

0 Komentar