Lahan Sempit Hasilkan Sayuran, Warga Malangnengah Bertani di Tengah Kota

MANFAATKAN RUANG: Warga RW 10 Kampung Malangnengah, Kelurahan Nagri Tengah, yang dipelopori Kelompok Wanita Tani Purwakarta tampak kompak menanam berbagai jenis sayuran hijau. ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES

PURWAKARTA-Tanaman sayuran hijau tumbuh segar dari deretan polybag dan pot yang berjejer di rumah warga di RW 10, Kampung Malangnengah Wetan, Kelurahan Nagri Tengah, Kecamatan Purwakarta Kota, Kabupaten Purwakarta.

Umumnya, sayuran yang ditanam warga setempat adalah sayuran favorit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di antaranya pakcoy, bayam, kangkung, tomat, cabai dan sosin. Maka, pemandangan asri, resik, dan menyegarkan mata tersaji saat memasuki wilayah tersebut.

Adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) yang menginisiasi sekaligus mengajak warga setempat untuk memanfaatkan lahan sempit yang notabene berada di tengah kota. “Sebetulnya, ide memanfaatkan lahan sempit di depan rumah warga sudah muncul sejak Januari 2020,” ujar Ketua KWT Eni Lestiorini kepada koran ini, Rabu (9/9).

Kemudian pada saat terjadi pandemi COVID-19, yakni awal Maret 2020, mulai terlaksana. Eni mengajak kepada masyarakat untuk memanfaatkan waktu di rumah lebih efektif meski di tengah pandemi.

“Adanya wabah virus korona jangan sampai membuat kita terpuruk. Justru harus bangkit dan menghasilkan suatu hal, salah satunya mampu mandiri dalam hal ketahanan pangan,” ujarnya saat ditemui di lokasi.

Eni menyebutkan, saat ini warga sudah mandiri dalam hal sayuran, bahkan sudah menghasilkan sumber ekonomi dari hasil penjualan sayuran yang ditanamnya sendiri.
“Alhamdulillah, warga sudah bisa panen sepekan sekali, kemudian saya beli dan dijual lagi ke pasar. Adapun jumlah anggota KWT saat ini sebanyak 70 orang,” kata Eni.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, pupuk yang digunakan bukanlah yang menggandung zat kimia, melainkan berasal dari sampah organik yang difermentasi. “Dari sisa-sisa makanan kemudian kita jadikan pupuk setelah difermentasi. Jadi bisa disebut sebagai tanaman organik,” ujarnya.

Tak hanya sayuran hijau, KWT Kampung Malangnengah Wetan juga tengah mengembangkan jagung pulut di lahan milik mereka. “Penanaman jagung pulut sesuai program yang digaungkan selama ini, yaitu mandiri ketahanan pangan mencakup 4 sehat 5 sempurna,” kata Eni.

Dijelaskan Eni, pengembangan sayuran telah dilakukan, dan saat ini pihaknya pun tengah memperluas lahan guna menanam pengganti beras, yaitu dengan menanam jagung pulut. “Jagung ini memiliki keunggulan tersendiri, dan cocok sebagai pengganti beras,” kata Eni.

Disebutkannya, jagung pulut atau jagung ketan ini memiliki tiga varian, yaitu Jutawan, Jantan dan Rasanya. Ketiganya pun memiliki perbedaan khas. Misalnya Jagung Jantan berwarna ungu, sedangkan Rasanya berwarna putih ungu. Ada pula Jagung Jutawan yang warnanya putih kuning.

“Ke depan akan ditanam untuk memenuhi kebutuhan anggota sebuah pengganti beras. Saat ini baru ditanam di lahan seluas 100 meter dan akan menghasilkan sekitar 30 kilogram jagung pulut,” kata Eni.

Eni mengaku jagung pulut yang sudah ditanam tidak lama lagi akan masuk musim panen. “Insyaallah pada Jumat (11/9), kami akan panen jagung pulut rencananya dihadiri Bupati Purwakarta,” ucap dia.

Sementara itu, salah seorang anggota KWT, Rini Susanti (40) mengaku menanam sayuran kangkung, bayam, pakcoy, sosin dan salada. Tanaman tersebut ia rawat dengan baik mulai dari benih hingga bisa dipanen satu pekan sekali.

“Tidak susah kalau pengen masak sayuran, tinggal metik saja. Kemudian saya jual juga kepada ketua kelompok, setidaknya menambah sumber ekonomi,” ujarnya.(add/ysp)