BBM Naik, Harga Jual Hortikultura Rendah, Petani di Lembang Keberatan Subsidi Pupuk Dicabut

MURAH: Nasib petani tomat di Lembang, harga jual rendah di tengah kenaikan BBM dan pencabutan subsidi pupuk.DOK. PASUNDAN EKSPRES
MURAH: Nasib petani tomat di Lembang, harga jual rendah di tengah kenaikan BBM dan pencabutan subsidi pupuk.DOK. PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

BANDUNG BARAT-Kegelisahan melanda petani hortikultura di Lembang, Kabupaten Bandung Barat setelah pemerintah mencabut subsidi pupuk. Pasalnya, petani keberatan jika harus membeli pupuk non subsidi apalagi pemerintah telah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Untuk diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menghapus penjualan pupuk subsidi bagi petani sejak bulan Juli 2022. Jenis pupuk subsidi yang dicabut tersebut dan kini dikenakan harga non subsidi, diantaranya ZA, SP-36, Organik Granula.

Salah satu petani di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Usep Saefudin (41) sangat menyayangkan penghapusan pupuk bersubsidi. Sebab yang diinginkan petani adalah pupuk dengan harga murah dan ketersedian selalu ada.

Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Ning TenarJujitsu Purwakarta Kirim Satu Atlet Andalan ke Porprov Jabar XIV

“Kami membutuhkan pupuk subsidi, khususnya jenis SP-36, untuk pemerintah dan DPR tolong salurkan kembali pupuk subsidi, kasian banyak petani kecil yang membutuhkan,” kata Usep, Kamis (15/9).

Menurutnya, penghapusan subsidi pupuk ditambah dengan kenaikan harga BBM berpotensi memengaruhi ongkos atau biaya produksi pertanian. Sebab, harga-harga kebutuhan pertanian dipastikan ikut melonjak.

“Obat pestisida mahal, pupuk subsidi dicabut, apalagi BBM naik. Kalau enggak dibuka lagi, gimana nasib petani, makanya kami memohon kepada pemerintah kembali menyalurkan pupuk subsidi seperti ZA dan SP-36 yang sangat dibutuhkan petani,” ujarnya.

Semenjak penjualan pupuk subsidi dicabut, Usep mengaku biaya perawatan pertaniannya melonjak hingga 3 kali lipat. Tetapi disaat pengeluaran ongkos perawatan tinggi, harga-harga hasil pertanian malah anjlok.

Tomat misalnya, sempat menembus hingga diatas Rp10 ribu perkilogram, kini harganya mengalami penurunan hingga ke level terendah. Bukan hanya tomat, harga burkoli juga hanya laku dijual Rp2 ribu perkilogram dan kembang kol Rp2 ribu perkilogram.

“Saat ini harga jual sayuran di tingkat petani terjun bebas, bahkan ada yang tidak laku dijual sehingga dibiarkan membusuk di kebun seperti sawi. Paling parah itu tomat, anjlok sekali,” bebernya.

Rendahnya harga jual aneka sayuran itu sangat memukul petani karena harus bertahan hidup disaat kondisi yang sulit. Apalagi harga pupuk non subsidi, pestisida dan fungsida juga mengalami kenaikan dampak harga BBM. “Makanya kami memohon pupuk subsidi tolong dikembalikan lagi, petani sangat membutuhkan,” jelasnya.(eko/sep)

0 Komentar