OPINI  

Materi Penginderaan Jauh untuk Observasi Guru Penggerak

Oleh :

 Arief Laksono, S.Pd.

(Guru Geografi SMA Negeri 1 Petarukan,

Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah)

Di era teknologi 4.0 saat ini, berbagai macam kemajuan ditampakkan lewat berbagai temuan yang mempermudah manusia untuk berinteraksi tanpa adanya tatap muka secara langsung. Penggunaan buku untuk mendapatkan sumber ilmu sedemikian berubah setelah ditemukan adanya internet. Siapapun dengan mudah bisa mendapatkan berbagai macam pengetahuan dengan mengetikkan jari-jemari lewat Google. Kemajuan teknologi sedemikian dekat dengan kemampuan berfikir manusia, setelah ditemukannya kecerdasan buatan, apapun materi pembelajaran yang kita inginkan bisa langsung muncul dalam hitungan detik.

Perubahan total dalam pembelajaran di sekolah harus diciptakan agar lembaga pendidikan bisa tetap adaptif menyongsong era teknologi yang semakin canggih. Penekanan dalam hal praktik bisa dilakukan dengan output pembelajaran berbasis proyek, karena seketika proyek itu bisa bermanfaat setelah siswa lulus nanti. Kehadiran program Guru Penggerak, sekolah bisa menjadi tempat untuk berdaya saing secara maksimal, baik dalam hal peningkatan mutu maupun kemampuan sumber daya yang terlibat di dalamnya.

Calon guru penggerak harus aktif dalam memberdayakan siswa dan teman sejawat, baik dalam satu mata pelajaran yang diampu maupun lintas bidang.  Proses penilaian yang diterapkan, guru penggerak melakukan serangkaian observasi yang dinilai oleh pengajar praktik. Tahapan observasi terdiri dari beberapa bagian, diantaranya Pra-Observasi, Observasi dan Pasca-Observasi. Guru penggerak bisa menunjuk teman sejawat yang bisa diajak untuk melakukan kegiatan observasi. Jika guru yang diajak untuk melakukan observasi itu termasuk guru geografi, materi pembelajaran yang bisa dijadikan observasi diantaranya materi berkaitan dengan Penginderaan Jauh

Materi penginderaan jauh cukup layak dijadikan observasi karena memenuhi beberapa kriteria terkait model, strategi dan metode yang bisa dikaitkan dengan implementasi kurikulum merdeka, serta memenuhi beberapa aspek terutama dalam coaching.

Tahapan pertama yaitu pra-observasi berupa wawancara terlebih dahulu. Saat wawancara dimulai, ada beberapa bahan pertanyaan yang ditanyakan, diantaranya berupa tujuan pembelajaran yang intinya siswa dapat menganalisis unsur-unsur interpretasi citra. Bagian ini penting dalam pembelajaran materi penginderaan jauh karena siswa diajak praktik secara langsung bagaimana penerapan penginderaan jauh dalam aktivitas sehari-hari. Area pengembangan dalam pembelajaran yang hendak dicapai yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan yaitu siswa mengetahui apa definisi penginderaan jauh, wahana yang digunakan dalam pemotretan citra satelit, sistem yang digunakan, serta interpretasi citra. Setelah siswa paham seluk-beluk mengenai penginderaan jauh siswa langsung masuk dalam pengembangan keterampilan berupa analisis interpretasi hasil citra.

Rancangan pembelajaran yang hendak dilakukan berupa model yang digunakan yaitu problem based learning. Karena siswa setelah mempelajari penginderaan jauh diharapkan mereka tahu bahwa dalam menentukan objek yang diamati di permukaan bumi tidak perlu melakukan survei secara langsung di lapangan, melainkan siswa bisa mengoptimalkan teknologi berupa citra satelit. Strategi dalam pembelajaran berdiferensiasi yang dipilih berupa produk, karena siswa dapat mengerjakan langsung citra satelit yang sudah dibagikan di dalam kelas. Sementara metode yang digunakan berupa pembagian kelompok.

Pembagian kelompok sangat efektif dalam pembelajaran berdiferensiasi. Ini dapat mengakomodasi berbagai macam kecerdasan yang ada pada siswa. Kecerdasan itu terdiri dari tekstual, auditori, kinestetik dan spasial-visual. Masing-masing siswa memiliki keunikan dalam hal mencerna pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Yang paling penting, guru memberikan opsi kepada siswa lewat cara apa mereka dapat menangkap pembelajaran. Opsi untuk memberikan materi yang diberikan termasuk kedalam media pembelajaran yang dipakai diantaranya berupa power point, video dan gambar. Jika seluruh siswa memilih video misalkan, itu tidak jadi masalah karena yang terpenting siswa sudah diberikan opsi untuk memilih media pembelajaran yang diinginkan.

Media pembelajaran lain yang tak kalah penting disiapkan yaitu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). LKPD termasuk salah satu komponen dalam pembelajaran setelah guru menerangkan seluruh materi yang diberikan. LKPD disusun secara sederhana sesuai kebutuhan dan kemudahan siswa dalam mengerjakan materi yang diberikan. LKPD dibuat sendiri oleh guru jika materi yang diberikan berupa Analisis Interpretasi Hasil Citra. Disamping guru menyiapkan media berupa gambar citra satelit, maka guru juga harus menyiapkan LKPD berjumlah sesuai citra satelit yang diberikan. Kemudian saat wawancara juga ditanyakan terkait waktu yang diberikan dan kelas yang akan digunakan untuk observasi.

Tibalah saatnya observasi. Untuk observasi sendiri waktu yang diberikan sekitar 60 menit. Coachee yang menjadi objek observasi harus tampil dengan baik saat mengajar layaknya saat supervisi. Di Samping Calon Guru Penggerak harus menyiapkan perangkat untuk perekaman dan audio guru yang di observasi juga harus menyiapkan apa saja yang akan disiapkan untuk perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang disiapkan diantaranya enam buah citra sateli,t enam buah LKPD, video pembelajaran dari link youtube yang sudah disisipkan di Google Classroom dan powerpoint  berupa Analisis Interpretasi Hasil Citra.

Analisis Interpretasi Hasil Citra berisi unsur-unsur Interpretasi Citra, yang terdiri dari bentuk, ukuran, tekstur, situs, pola, asosiasi, rona, warna dan bayangan. Bentuk berarti siswa dapat menerjemahkan objek pada citra yang menyerupai bentuk huruf. Siswa dapat mengisi pada LKPD bentuk seperti apa yang tertera pada objek, misalnya bentuk S pada sungai, U untuk objek yang mirip sekolah. Ukuran tidak harus menggunakan jarak, luas, tinggi, volume namun cukup menggunakan ukuran besar, kecil, sedang pada objek. Misal dengan membandingkan ukuran pasar dan rumah. Rumah berukuran kecil, sedangkan pasar berukuran besar. Tekstur berupa kasar, sedang dan halus. Contohnya tekstur kasar berupa hutan, sedang berupa semak belukar dan halus berupa perkebunan. Situs yang berarti letak objek terhadap daerah sekitar yang mengindikasikan letak geografis suatu tempat seperti atap putih yang besar di sekitar permukiman berupa pabrik, sedangkan kolam-kolam disekitar pantai mengindikasikan area berupa tambak. Pola terdiri dari objek alamiah dan buatan. Jika objek tidak teratur berarti berupa objek alamiah, jika objek teratur berarti berupa objek buatan. Asosiasi termasuk kaitan suatu objek dengan objek lain, misalnya bangunan masjid memiliki ciri terdapat bulatan ditengah berupa kubah ataupun pekarangan diasosiasikan tanaman yang tidak teratur yang terdapat di dekat permukiman. Rona dan warna dapat diartikan langsung pada suatu objek, jika rona atau warna kebiruan berupa sungai atau laut, kemerahan berupa permukiman dan keputihan berupa kawasan industri. Untuk bayangan sendiri bisa diartikan untuk kejelasan detail objek. Sebagai contoh untuk membedakan bangunan bertingkat ataupun tidak bertingkat Makin tinggi bangunan, maka bayangan akan makin nampak jelas.

Saat observasi dilakukan, manajemen waktu diperlukan 20 menit pertama digunakan untuk pembukaan dan pemberian materi 20 menit kedua untuk pemberian tugas pembagian kelompok dan pembagian citra satelit serta LKPD. Kelas dibagi menjadi enam kelompok, satu kelompok terdiri dari lima atau enam siswa yang memuat beberapa macam tipe kecerdasan siswa sesuai pembelajaran berdiferensiasi. Kemudian diikuti pembagian enam buah citra satelit dan LKPD memuat sekitar enam sampai delapan objek yang perlu diinterpretasikan sesuai masing-masing unsur interpretasi citra. Kemudian 20 menit terakhir bisa digunakan untuk presentasi singkat dan penutup.

Guru Penggerak sejatinya harus menjadi model inspirasi bagi insan pendidikan yang ada pada sekolah tersebut serta dapat meningkatkan mutu sekolah terutama dalam menyongsong Implementasi Kurikulum Merdeka yang berbasis Revolusi Industri 4.0 dimana pembelajaran bernafaskan Internet of Things (IoT) yang berarti kombinasi antara kecerdasan buatan dan fisik manusia serta mengefisiensikan pengeluaran dengan output hasil yang sebesar-besarnya. Pembelajaran geografi diharapkan juga mendukung dan menyesuaikan kemajuan teknologi. Dukung Geography goes to digital!