Mengencangkan Nafsiyah Kala Dilanda Wabah

Mengencangkan Nafsiyah Kala Dilanda Wabah
0 Komentar

“Apa saja musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian) (Q.S. Asy Syura[42]:30).

Maka Imam Thabari menyatakan dalam tafsirnya, “Yang demikian menimpa kalian sebagai balasan dari Allah atas kalian disebabkan dosa-dosa antarsesama kalian dan dosa antara kalian dan Tuhan kalian.

Ketiga, taubatan nasuha. Beristighfar adalah langkah tepat untuk menegaskan langkah menghadapi wabah. Apalagi jika telah merasa berbuat dosa, baik yang dirasa maupun tak dirasa. Penuhilah syarat-syarat pertaubatan nasuha, yaitu (1) meninggalkan kemaksiatan yang dilakukan (2) munculkan penyesalan atas perbuatan dosa yang terlanjur dilakukan dan (3) bertekad tak akan mengulangi kemaksiatan selama-lamanya, seumur hidupnya.

Baca Juga:PDIP Subang Bagikan 3.870 Paket Sembako untuk Pengurus PAC Hingga Anak RantingHai Pemerintah! Dengarlah Keluh Kesah Pengemudi Ojol Selama PSBB

Adapun jika kemaksiatannya kolektif bahkan sistemik karena melecehkan juga mengabaikan penerapan hukum Allah Swt di muka bumi, maka bersegeralah untuk menegakkan hukum Allah Swt dalam skala bangsa dan negara. Jika ini tidak dilakukan, jangan heran jika musibah akan bertubi-tubi menghampiri negeri ini dan negeri lainnya. Datang silih berganti, lebih keras lagi, agar kita mengerti pesan teguran Ilahi Rabbi.

Sebagaimana sabda Rasulullaah Saw. “Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya. Hendaklah kalian memerintahkan kemakrufan dan melarang kemunkaran atau Allah Swt akan menurunkan siksa-Nya kepada kalian, lalu kalian bedoa, namun tidak dikabulkan”
Allahu Akbar!

Keempat, sabar. Sabar bukan pasrah melemah. Sabar tentu disertai maksimal ikhtiyar. Menahan diri dari berkeluh, menyiapkan diri menjadi hamba yang tangguh. Hanya mengadu kepada Allah saja, tak mengumbarnya di hadapan sesama manusia.

“Sungguh Allah jika mencintai suatu kaum, Dia akan memberikan cobaan kepada mereka. Siapa saja yang sabar, dia berhak mendapat pahala kesabarannya. Siapa saja yang berkeluh kesah, dia pun mendapatkan dosa keluh kesahnya.
Kelima, memetik ibrah juga hikmah. Selalu ada pelajaran berharga dari setiap peristiwa yang melanda. Hadirnya corona sejatinya telah membuka jati diri siapa-siapa yang berlaku menebar pencitraan, juga yang membantu menangani dengan ketulusan. Kesombongan manusia dirampas langsung oleh Sang Pencipta.

Manusia lemah tak berdaya, tak bisa apa-apa jika Allah telah menunjukkan kehendak-Nya.

0 Komentar