Meningkatkan Empati Siswa melalui Pembiasaan

Meningkatkan Empati Siswa melalui Pembiasaan
0 Komentar

iswa masuk kedalam lingkungan kelas melalui satu pintu, yaitu melalui lobby sekolah, dimana sejumlah guru telah menanti kedatangan siswa dengan penuh keramahan. Guru selalu mengingatkan siswa untuk mengucapkan salam, memberi tanda hormat dengan saling mengatupkan kedua tangan sebagai pengganti jabat tangan, mengingatkan akan kerapihan pakaian dan atribut yang dikenakan siswa, seperti ikat pinggang, dasi, dll. Perhatian- perhatian kecil yang coba diberikan guru kepada siswa seperti itu, semoga dapat meningkatkan kembali kedekatan emosi antar siswa dan guru. Harapannya berdampak pada sopan santun siswa yang meningkat.

Kegiatan di dalam proses pembelajaran terdampak juga dengan adanya pandemi. Tempat duduk yang berjarak, membatasi interaksi antar siswa. Pemakaian masker juga membatasi aktivitas verbal mereka. Hal ini membuat guru harus dapat menyesuaikan diri dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi tanpa mengesampingkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Pemberian ‘bonus’ nilai bagi siswa merupakan salah satu cara membuat siswa aktif menjawab atau bertanya materi yang kurang dimengerti. Pada saat pembelajaran tatap muka, waktu yang hanya sebentar (1 jam) harus dilaksanakan secara efektif. Tutor teman sebaya juga perlu digalakkan, agar siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat mengajari temannya yang kemampuan akademiknya sedang atau rendah. Dengan sesama rekannya, anak akan lebih enjoy, lebih terbuka, dan ini dapat membantu meningkatnya interaksi sesama siswa.

Baca Juga:Pembangunan Kantor Desa Jati Hampir RampungQuick Advice In Literary Analysis Sample Uncovered

Pada kesempatan yang ada, kami melakukan wawancara dengan para siswa, antara keinginannya pembelajaran tatap muka. Banyak alasan mereka menginginkan pembelajaran tatap muka, seperti : lebih mudah memahami materi jika diterangkan oleh gurunya. Model pembelajaran konvensional selama ini, dimana guru menerangkan materi pembelaajaran dan siswa mendengarkan, memahami, bertanya jika tidak jelas, ternyata masih sangat diminati siswa. Sementara sebagian siswa yang menginginkan tetap dengan pembelajaran daring, alasannya juga beragam, misalnya belajarnya bisa lebih bebas (tida harus seragam, kadang gak mandi dulu, bisa sambil makan, minum, ketika ulangan bisa muka buku/ searching internet, dll).

Dari jawaban para siswa para siswa tersebut, terbersit bahwa pembelajaran daring dapat menurunkan karakter / disiplin siswa. Hal ini bisa dipahami karena proses pembelajaran daring terjadi dirumah masing- masing siswa, tanpa pengawasan guru dan bisa jadi tanpa pengawasan orang tua, jika orang tuanya sibuk kerja. Menurunnya disiplin siswa dalam proses pembelajaran daring dapat dikhawatirkan berdampak pada menurunnya kualitas hasil belajar siswa.

0 Komentar