Menulis Buku Ajar bagi Guru, Hukumnya Wajib, Sunah atau Mubah

Menulis Buku Ajar bagi Guru, Hukumnya Wajib, Sunah atau Mubah
0 Komentar

Regulasi yang sudah dikeluarkan Pemerintah sudah jelas bahwa, sebutan Guru Profesional dengan mendapat Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) wajib menulis buku, demikian juga untuk guru yang ingin naik pangkat dari IV-b keatas sampai dengan IV-e juga jelas diwajibkan menulis buku dengan tiga kriteria. Dua hal ini tidak bisa dijadikan alasan menolak bahwa menulis buku bagi guru adalah wajib.

Belum lagi tanggung jawab ilmiah guru. Sebagai guru kalau ketika mengajar di dalam kelas maka ilmunya akan bermanfaat hanya sebatas kepada murid-murid di dalam kelas itu, tapi kalau ilmu dituliskan dalam sebuah buku maka yang mendapat manfaat adalah semua orang yang membaca buku itu yang jumlahnya akan berkali lipat dari murid yang diajar dalam kelas. Sehingga sebagai guru akan lebih banyak manfaat keilmuannya jika ia menulis buku. Bukankah” sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya”( Hadits Nabi) ?

Menurut The Liang Gie seperti dikutip Jamal Makmur Asmani (2010: 184) ada enam nilai yang terdapat ketika seseorang menulis yaitu nilai pertama kecerdasan,seorang penulis dituntut menghubungkan buah fikiran dan merencanakan secara sistematis dan logis dari pemikirannya itu, kedua nilai kependidikan dengan menulis akan melatih ketrampilan dirinya, ketiga nilai kejiawaan yaitu dituntut ulet, sabar dan berwawasan luas, keempat nilai kemasyarakatan yaitu agar tulisan bisa dinikmati semakin banyak masyarakat, kelima, nilai keuangan yaitu dengan menulis akan menghasilkan finansial dan keenam nilai kefilsafatan yaitu menulis sebagai kegemaran para filsuf sejak dulu kala.

Baca Juga:Pelaksanaan PSBB Bandung Barat telah dimulai, Ironis Bantuan Sembako Bagi Masyarakat Belum MaksimalMinimarket Disantroni Perampok, Uang Puluhan Juta Raib

Hery Nogroho (2011: 20) mengatakan bahwa menulis merupakan kebutuhan bagi seorang Guru karena Tugas guru selalu berhubungan dengan membaca dan menulis bahkan lebih ekstrim dia mengatakan bahwa langka seorang guru yang baik tanpa kemampuan membaca dan menulis yang baik. Walaupun waktu itu mendikbud Muhamad Nuh mengatakan bahwa penulis adalah makluk langka, dan dari kelangkaan inilah yang bisa menunjukkan jati dirinya.

Novelis Pramudya Anantatur pernah mengatakan “Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Dengan demikian menulis adalah warisan tertinggi manusia yang bisa dinikmati generasi penerusnya yang abadi (Amal Jariyah).

0 Komentar