Mikrobiologi Bakteri

Mikrobiologi Bakteri
0 Komentar

Penularan bakteri dapat terjadi dengan cara yang berbeda-beda. Di antaranya adalah:

  • Secara langsung. Penularan bakteri dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi bersin, batuk, ciuman, atau berhubungan seksual. Ibu hamil juga dapat menularkan bakteri ke anak yang tengah dikandung melalui plasenta atau kontak dengan jalan lahir saat persalinan.
  • Secara tidak langsung. Bakteri dapat tertinggal pada benda-benda sekitar, seperti handuk, meja, hingga gagang pintu. Bakteri yang terdapat pada benda tersebut dapat berpindah ketika benda tersebut disentuh orang lain.
  • Melalui gigitan hewan. Misalnya pada penyakit Lyme, yang ditularkan oleh gigitan kutu.

Risiko infeksi bakteri dapat meningkat jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti:

  • Tengah menggunakan obat kostikoreoid.
  • Menderita HIV/AIDS.
  • Memiliki kanker yang mengganggu sistem kekebalan tubuh.

Selain gangguan sistem kekebalan tubuh, meningkatnya risiko infeksi bakteri juga dapat terjadi ketika seseorang memiliki alat medis yang ditanam atau dipasang di tubuhnya, kurang nutrisi, dan berusia lanjut.

Gejala Infeksi Bakteri

Baca Juga:Bersama “Roberto & Crvzerbhana”, Dhian Malik Berbagi Kiat Kewirausahaan di Polman Astra dan Universitas TrisaktiMeriah! 7.500 Warga Subang Ikuti Jalan Sehat HUT Pasundan Ekspres

Gejala infeksi bakteri pada tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung organ yang terinfeksi dan jenis bakteri yang menyebabkannya. Beberapa gejala yang umum dirasakan ketika seseorang menderita infeksi bakteri adalah:

  • Demam
  • Batuk
  • Bersin
  • Muntah
  • Diare
  • Lemas

Diagnosis Infeksi Bakteri

Proses diagnosis diawali dengan pemeriksaan gejala, riwayat kesehatan, dan faktor risiko yang dimiliki. Setelah itu, dokter dapat melanjutkan proses diagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik dan tes penunjang, guna memastikan dan mendeteksi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi.

Beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi bakteri, antara lain:

  • Tes kultur darah. Dokter akan mengambil 2 atau lebih sampel darah untuk diuji di laboratorium. Biasanya, darah diambil dari lokasi atau pembuluh darah yang berbeda.
  • Tes pewarnaan gram. Dalam prosesnya, dokter akan mengambil sampel tes urine, namun bedanya tes ini menggunakan tinja sebagai sampel untuk diuji di laboratorium.
  • Selain itu, pemeriksaan foto Rontgen atau biops berupa dahak, nanah, atau menyeka cairan yang terdapat pada bagian tubuh yang terinfeksi.
  • Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA). Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan BTA dilakukan dengan mengambil sampel, setidaknya sebanyak 3 kali. Masing-masing sampel diambil pada waktu yang berbeda.
  • Tes urine. Tes ini menggunakan sampel berupa urine yang nantinya akan diperiksa dalam laboratorium. Dokter akan meminta terlebih dahulu membersihkan alat genital sebelum menempatkan urine pada wadah yang disediakan.
  • Tes tinja. Hampir sama seperti juga dapat dilakukan. Biasanya, metode pemeriksaan tersebut juga bertujuan untuk mendeteksi kondisi selain infeksi bakteri yang mungkin diderita.
0 Komentar