Model Pembelajaran JIG-COO: Solusi Pembelajaran Geografi di Masa IKM ( Implementasi Kurikulum Merdeka )

Model Pembelajaran JIG-COO: Solusi Pembelajaran Geografi di Masa IKM ( Implementasi Kurikulum Merdeka )
0 Komentar

oleh

1.Margareta D,SP( Guru SMAN 1 Muntilan, Magelang,Jawa Tengah )

Pembelajaran online pada masa pandemi menempatkan suatu keadaan yang kurang maksimal diberbagai aspek proses pembelajaran, yang sering dikenal dengan learningloss (suatu keadaan yang ditandai dengan kekurangmaksimalan peserta didik dalam menerima atau mendapatkan pengetahuan ataupun ketrampilan dan juga kehilangan karakter ), yang selama ini selalu didengungkan dan menjadi tujuan dari pendidikan di Indonesia. Munculah Kurikulum Merdeka, yang menjembatani kebiasaan pembelajaran daring menuju pembelajaran yang tatap muka. Peserta didik terbiasa dengan habit mereka selama 2,5 tahun melakukan pembelajaran online, belajar dengan santai, dengan suasana rumah yang relatif terpenuhi fasilitasnya, tidak ada yang mengawasi pembelajaran dengan maksimal, penilaian yang juga belum terlaksana dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang memang sangat jauh dari kata memuaskan.

Pertengahan Juli tahun 2022 adalah awal dari pembelajaran di sekolah dengan tatap muka di sekolah tahun ajaran 2022/2023. Sekolah tempat saya mengabdi yaitu di SMAN 1 Muntilan mulai menerapkan kurikulum merdeka dengan kategori mandiri berubah, mulai menerapkan kurikulum merdeka dengan diperbolehkan untuk mengadopsi dari sekolah penggerak yang sudah terlebih dahulu melaksanakannya. Implementsi Kurikulum Merdeka bagai hembusan angin segar yang melegakan jiwa yang sempat galau, membayangkan pemahaman peserta didik dengan segala atributnya sebagai akibat dari pelaksanaan PJJ yang telah berlalu dengan seribu suka dan dukanya. Kebiasaan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran daring, anak anak yang mengikuti pembelajaran dengan santai, tidak maksimal, karena terkendala berbagai faktor baik kesulitan signal, kekurangan perangkat yang bisa memsuport kegiatan selama proses pembelajaran. Kurikulum ini memberikan penyederhanaan dalam kuantitas materi yang diberikan kepada peserta didik, agar beban mereka berkurang namun dibarengi dengan penerapan profil pelajar pancasila (PPP), dengan penerapan PPP ini diharapkan peserta didik mengalami akselerasi dalam hal karakter yang baik, yang seharusnya dimiliki oleh anak – anak Indonesia.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 dijelaskan bahwa : Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

0 Komentar