Muhasabah di dalam Banyaknya Musibah

Muhasabah di dalam Banyaknya Musibah
0 Komentar

Ketika manusia bisa menangis karena kehilangan anak, orangtua, dan orang-orang yang disanyanginya, atau dapat merasakan ketidaknyamanannya dalam ibadah, semestinya ia juga dapat menangis melihat kehidupan saat ini. Di saat riba dianggap hal biasa, hukum waris diabaikan, politik Islam diacuhkan karena sistem kapitalisme dan liberalisme masih melekat dalam benak masyarakat saat ini.

Ketika hati ingin bermuhasabah untuk diri sendiri, dan terlena hanya ingin memperbaiki diri, tapi tidak tergerak untuk berdakwah beramar makruf nahi munkar, dan tidak bersegera untuk berislam secara kaffah. Sikap ini Rasulullah saw. pernah mengingatkan akan mengakibatkan terjadinya malapetaka kepada umat.

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ

“Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian bersunguh-sungguh melakukan amar makruf nahi munkar atau (jika tidak) Allah akan menimpakan siksaan kepada kalian dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR. at-Tirmidzi)

Baca Juga: Literasi Digital Jadi Tuntunan di Masa PandemiSubang Kota Kerap Banjir Cileuncang, DPKP: Tidak Ada Anggaran

Betapa kemalangan yang teramat besar. Kita tentu berlindung dari kondisi demikian.

Laman:

1 2 3
0 Komentar