“BABY BOOM” GEGARA COVID-19

“BABY BOOM” GEGARA COVID-19
0 Komentar

Oleh : Endang SH
( Mahasiswi smt 6 Fakultas Geografi UMS )

Pandemic Covid-19 mulai menyebar luas di Indonesia kurang lebih selama empat bulan lamanya, terhitung sejak awal Maret-hingga sekarang. Bermula dari kasus dua orang Warga Negara Indonesia ( WNI ) yang terinfeksi virus oleh teman dekatnya WN Jepang saat berdansa bersama, yang kebetulan salahsatu WNI yang terjangkit Covid bekerja sebagai guru dansa.

Virus Covid-19 sangat cepat menyebar di seluruh wilayah Indonesia terutama di kota-kota besar yang menjadi pusat persebaran aktif karena sering terdapat titik-titik keramaian orang berkerumun. Covid-19 ini, selain menyebabkan penderitaan, kematian, ketidakstabilan ekonomi, keterbatasan akses publik, juga berimbas pada masalah kependudukan.

Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selama pandemi Covid-19 pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan baru yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) yang mulai diterapkan diberbagai wilayah Indonesia.

Baca Juga:Bansos Tahap Dua Sasar 1,3 Juta KRTSFenomena Peningkatan Angka Pengangguran Di Indonesia Selama Pandemi Covid-19

Pembatasan sosial di masyarakat lokal, secara inisiatif dirasa perlu dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan dini serta mendukung pemutusan matarantai persebaran Virus Covid-19.

Dengan adanya peraturan ini masyarakat dianjurkan untuk tinggal dirumah saja, sehingga waktu bersama keluarga lebih banyak, diduga hal ini menjadi pemicu angka kehamilan dan kelahiran tinggi.

BKKBN memperkirakan selama pandemi berlangsung, jumlah wanita usia subur yang hamil dan melahirkan bertambah sekitar 370.000 hingga 500.000, jumlah kenaikan ini dihitung dari akseptor kontrasepsi yang putus pakai. Hal ini terkaitan dengan lamanya masa pandemi, banyak fasilitas kesehatan yang tutup dan tidak banyak juga fasilitas kesehatan yang buka, tetapi membatasi pelayanan dan juga jam kerja, selain penyedia layanan kesehatan yang sulit banyak masyarakat yang enggan karna takut untuk datang ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, khawatir tertular virus yang tidak diinginkan.

Imbasnya terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan suami-istri karna kesulitan mendapatkan jangkauan pelayanan berkelanjutan alat kontrasepsi yang biasa mereka pergunakan. Akibatnya keberlanjutan penggunaan alat kontrasepsi seperti pil, IUD, kondom, suntikan, implant, dan alat kontrasepsi lainnya menjadi menurun. Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), saat ini mengakui terjadi penurunan tingkat pemakaian kontrasepsi hingga 10 persen.

0 Komentar