Budaya Menahan Diri Di Tahun Politik

Budaya Menahan Diri Di Tahun Politik
0 Komentar

(Refleksi Maulid Nabi)
Oleh: Bambang Tri Hardiono SP

*) Ketua Dewan Pengurus Area Komunitas One Day One juz Kabupaten Subang / Founder Komunitas Subang Bersedekah

Peringatan maulid nabi yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiulawal hendaknya tidak hanya sebatas dilakukan dalam bentuk seremonial belaka. Sebagai seorang muslim yang baik, kita harus bisa merefleksikan kehidupan nabi dalam aktivitas keseharian kita, baik dalam bentuk tata cara ibadah sehari-hari maupun dalam bentuk perilaku atau kepribadian dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam siroh nabawiyah, banyak dikisahkan tentang bagaimana kehidupan nabi. Bahkan, ada buku yang memotret kehidupan nabi atau kebiasaan nabi sehari-hari, mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Disinilah pentingnya kita sebagai seorang muslim mengetahui bagaimana kehidupan nabi, dalam rangka meneladani dan mencintainya.

Baca Juga:Pembangunan Pelabuhan Patimban Paket 1 Dimulai, Nilai Kontrak Mencapai Rp 6,061 TriliunFestival Sholawat Nusantara Piala Presiden RI, Gelorakan Semangat Cinta Tanah Air

Dalam hal kepribadian misalnya, nabi memiliki karakter atau sifat yang dikenal sebagai seorang yang sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fatonah (pandai). Selain sifat-sifat yang disebutkan tadi, nabi juga dikenal sebagai orang yang pandai menahan diri atau tidak mudah marah atau kalau jaman sekarang dikenal dengan istilah tidak “baperan”. Nabi hanya akan marah atau baper apabila agama islam diihina atau dinistakan.

Banyak kisah yang menggambarkan bagaimana nabi pandai menahan diri untuk tidak mudah marah. Suatu ketika saat nabi sedang sholat di sekitar ka’bah, ada yang menaruh kotoran unta ke tubuhnya. Apakah nabi marah? Nabi menahan dirinya untuk tidak marah.

Kemudian saat nabi berdakwah ke Tha’if, penduduk Tha’if menyambut nabi dengan lemparan batu hingga pakaian beliau berubah warnanya, yang tadinya berwarna putih menjadi merah penuh darah. Nabi pun tetap menahan dirinya untuk tidak marah, hingga malaikat Jibril pun menawarkan jasa apakah perlu bukit yang ada disekitar daerah itu, ditimpakan kependuduk Tha’if, akan tetapi nabi melarangnya, malah nabi mendo’akan mereka agar mendapat hidayah suatu hari kelak.

Kemudian moment berikutnya adalah saat nabi setiap hari melewati suatu jalan, beliau diludahi hingga akhirnya terdengar kabar bahwa yang sering meludahi beliau itu sakit. Nabi pun tidak marah, justru menjenguknya sambil membawakan makanan untuk orang tersebut. Kisah selanjutnya yang mengharukan adalah saat nabi terbiasa menyuapi seorang pengemis.

0 Komentar