Covid-19, dan Kesalehan Sosial

Covid-19, dan Kesalehan Sosial
0 Komentar

Oleh: H.Agus Prasmono, M.Pd. (Kepala SMAN 1 Parang Magetan)

2.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS dan Kolumnis Pasundan Ekspres)

Pandemi yang sudah mendekati dua tahun berlalu belum juga menunjukkan bersih dari bumi nusantara walaupun tren penurunan sudah mulai nampak. Dampak pandemi selain menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang kehilangan anggotanya ternyata juga melahirkan generasi yatim piatu yang jumlahnya tidak sedikit. Kementrian Sosial (Kemenkos) RI selama Pandemi Covid 19 mencatat sebanyak 11.405 anak yang ditinggal meninggal orang tua karena terpapar Covid-19 (Per Agustus 2021), dan kini berstatus yatim, piatu dan yatim piatu. Data ini belum final mengingat Pandemi masih terus berlari belum mencapai garis finish dan korban yang terpapar masih terus bergelimpangan. Sekarang masih banyak orang tua yang menunggu keajaiban akan perpanjangan umurnya, menunggu mukzizat kehidupan dari yang maha Kuasa, menanti kemurahan nyawa dari Yang Maha Pemurah dan perang melawan covid 19 yang terus menggila, vaksinasi terus berpacu dengan waktu, antrian panjang masih terus menunggu.

Covid-19 adalah bencana nasional bahkan bencana dunia, sehingga dinamakan Pandemi bukan wabah dan bukan epidemi berarti semua komponen bangsa di seluruh dunia harus berperan aktif dalam penanggulangan corona ini termasuk penyembuhan dampak yang ditimbulkannya.  Kewajiban  pertama adalah pemerintah akan menyelesaikan dampak ini, namun kalau sekedar itu jawabannya, mungkin jawabannya hanya sampai di sini, tidak perlu jawaban lain, karena sudah diselesaikan oleh Pemerintah. Kalau hanya pasrah pada pemerintah, dimana nurani kita, dimana kesalehan sosial kita, mana tanggungjawab manusia sebagai khalifah di bumi yang banyak diharap banyak orang?

Baca Juga:Ini Tanggal Penyelenggaraan Ballon d’Or 2021, Berikut Daftar UnggulannyaRevitalisasi Pasar Pulihkan Ekonomi

Semua itu butuh kerjasama semua elemen bangsa, tidak bisa hanya semua diserahkan pada pemerintah sementara kita tinggal mengritik kebijakan pemerintah yang mungkin tidak sejalan dengan ide dan gagasan kita. Bangsa kita adalah bangsa pejuang, biasa berjuang bersama ketika Negara mendapat tantangan, biasa menolong sesama ketika sebangsa membutuhkan bantuan, biasa gotong royong bukan hanya ndomblong sebagai penonton yang terhormat sambil menikmati gurihnya kacang kulit.

0 Komentar