Implementasi Sekolah Siaga Kependudukan (SSK)

Implementasi Sekolah Siaga Kependudukan (SSK)
0 Komentar

Oleh

1.Dra.Suyatinah,M.Pd ( Guru Geografi SMAN 1 Banguntapan, Bantul,Yogyakarta )

2.Ir.H.Taryono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS )

3.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen  Fakultas Geografi UMS  dan Kolumnis Koran Radar Solo dan Pasundanekspres)

Berdasarhan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 penduduk Indonesia berjumlah 270,20 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk sebelumnya ( 2010 ), jumlah penduduk Indonesia bertambah 32,56 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk selama 2010- 2020 tercatat 1,25 persen / tahun. Pada tataran dunia, jumlah penduduk Indonesia menduduki empat besar, setelah urutan terbesarnya Tiongkok, India, Amerika Serikat. Problem kependudukan di Indonesia berkisar pada distribusi penduduk yang terkonsentrasi di Jawa, yang angkanya lebih dari 60 persen , pertumbuhan penduduk yang masih di atas 1 persen yang akan menimbulkan berbagai problem terutama masalah supply dan demand tenaga kerja, yang didalamnya akan muncul problem kesempatan kerja, pengangguran terutama pengangguran terdidik.

Besarnya jumlah penduduk Indonesia tentu menimbulkan berbagai masalah, tidak saja masalah yang terkait dengan kuantitas penduduk yang akan berdampak langsung pada masalah ketersediaan pangan, perumahan, eksploitasi sumber daya alam, dan lain- lain, namun juga masalah yang terkait dengan kualitas penduduk, seperti masalah pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan lain- lain. Begitu banyaknya masalah kependudukan di Indonesia mengharuskan diupayakannya berbagai cara pengendalikannya, salah satunya adalah dengan hadirnya Sekolah Siaga Kependudukan (SSK), yaitu sekolah yang mengimplementasikan pendidikan kependudukan pada program- program pendidikan, baik dalam program Intrakurikuler maupun Ekstrakurikuler. Dipilihnya sekolah, salah satu alasannya karena sekolah merupakan agen perubahan (agent of change). Dengan sasaran siswa, diharapkan tumbuh ‘sense kependudukan’ sejak dini. SSK ini terkait dengan ‘Genre’ yaitu gerakan berencana dan PIK- R yaitu Pusat Informasi dan Konseling Remaja yang sudah digulirkan lebih dulu.

Baca Juga:Bahaya Terlalu Sering Mandi Air Hangat, Ngeri…Cara Cabut Berkas Mobil Tanpa Ribet

Cara ini dikenal dengan Beyond family planning, yang tokohnya adalah Berelson. Bernard Berelson mengenalkan kebijakan ini mendasarkan pada dalil bahwa masalah kependudukan adalah sangat mendesak sehingga jika tidak diselesaikan akan menimbulkan akibat di berbagai bidang kehidupan termasuk kesejahteraan penduduk, oleh karenanya perlu aksi nyata yang lebih diperluas jangkauannya dari pada keluarga berencana. Gagasan ini ketika diterapkan harus memperhatiakan berbagai aspek misal dana, kultur, etika dsb. Salah satu aksinya adalah lewat pendidikan kependudukan di sekolah, yang menjadi calon generasi penerus yang intelek dan sekaligus menjadi komponen pertumbuhan penduduk.

0 Komentar