Kesalehan Individu dan Sosial dalam Qurban dan Ibadah Haji

Kesalehan Individu dan Sosial dalam Qurban dan Ibadah Haji
0 Komentar

Oleh:

1.Agus Anggoro Sigit,S.Si,M.Sc ( Dosen Fakultas Geografi UMS dan Penggiat Seni Berpuisi Geografi dan Religi )

2.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS dan Penikmat Puisi )

 DI UJUNG QURBAN CINTA KAN KUBUKTIKAN

Katamu….Cinta itu perlu pengorbanan

Kataku….Berkorban itu bukti kecintaan

Oleh-NYA kepada manusia qurban diperintahkan

Hingga terlihat sejauh mana cintamu kau buktikan

Beratkah berkorban?

Berat bagi mereka yang tak mampu walau mau

Berat bagi mereka yang mau tapi tak mampu

Ringankah berkorban?

Ringan bagi mereka yang mampu dan mau

Ringan bagi mereka yang ada dan bersedia

Hanya begitukah korban?

Tidak kawan! Mengapa?

Pastilah Tuhan selipkan pesan kebaikan

Bahwa sejatinya hikmah kebaikannya

bukan semata saat pelaksanaan

 

Lantas apa gerangan..?

Ialah…sejauh mana nanti hati manusia rela berkorban

Meringankan beban sesama dalam kehidupan

 

Tak mesti selalu berpadan kekayaan

Namun berkorban

Bisa berupa waktu dan perhatian

Tak perlu sebesar gunung kau bawakan

Namun pengorbananmu kan terasakan

Walau hanya sebesar butiran

Sepenggal bait puisi di atas menggambarkan dinamika qurban adalah keikhlasan dan kedekatan kepada Sang Pencipta, pengorbanan apapun termasuk buah hati kita.  Anak adalah amanah yng diberikan oleh Allah swt kepada sebuah keluarga. Memiliki anak adalah dambaan setiap keluarga dalam perspektif islam. Mereka adalah buah hati, hasil cinta kasih kedua orang tuanya yang kelak akan melanjutkan dakwah di bumi. Sebuah pasangan suami isteri tentu sangat menunggu kehadiran buah hati yang didambakan, sebagai bukti kejantanan seorang lelaki dan kepiawaian seorang perempuan. Bila tidak segera memiliki anak maka akan menurunkan kepercayaan diri pasangan suami isteri dan menjadikan minder bergaul dengan lingkungan sekitarnya baik di  masyarakat maupun di tempat kerja. Jadi betapa mulianya kehadiran anak dalam sebuah keluarga, sebagai hasil  kasih sayang, investasi masa depan, investasi pelindung orang tua di usia lansia dan meneruskan perjuangan da’wah di masa datang.

Baca Juga:Memahami Kontribusi Perempuan, Jangan Sampai Salah KaprahIlusi Pemerataan di Sistem Kapitalis

Di satu sisi , keberadaan anak sangat didambakan , akan tetapi kadang anak juga sering menjadi ujian bagi orang tua, sehingga ada saja yang kita lihat, ada yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan orang tuanya bahkan bermusuhan , malah sampai pada saling membunuh, naudzubillah. Inilah potret dinamika hubungan anak dan orang tuanya. Kadang ada yang menyenangkan tapi bisa jadi sebaliknya. Di sini menuntut peran orang tua yang harus menjadi pendidik dan sekaligus teladan abagi anak anaknya.

0 Komentar