Kurikulum Prototipe Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran

Kurikulum Prototipe Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran
0 Komentar

Oleh: Lesmiyati Hariyani

Guru Geografi SMA Negeri Darussholah Singojuruh, Banyuwangi

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia menyebabkan  terjadinya penurunan kualitas pembelajaran. Kondisi tersebut berdampak pada kurang maksimalnya capaian kompetensi peserta didik di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, maka pemerintah berusaha terus untuk membuat berbagai kebijakan dalam memaksimalkan pembelajaran untuk menghindari learning loss (kehilangan pembelajaran). Kurikulum terus mengalami perubahan dan penyempurnaan demi mencapai kualitas lulusan peserta didik agar bisa mengikuti perkembangan zaman sesuai era globalisasi, dan demi generasi emas tahun 2025.

Sesuai kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia dan pemaparan resmi dari Badan Standar Kurikulum Assesmen Pendidikan bahwa bakal diterapkannya kurikulum baru disebut Kurikulum prototipe dan diberlakukan mulai tahun 2022. Kurikulum Prototipe merupakan kelanjutan dari Kurikulum Masa Pendemi Covid-19 atau Kurikulum Darurat.

Kurikulum prototipe merupakan kurikulum pilihan yang dapat diterapkan mulai tahun ajaran 2022/2023 dan merupakan kurikulum yang melanjutkan arah pengembangan kurikulum 2013. Sebelum kurikulum nasional dievaluasi tahun 2024, maka satuan pendidikan diberikan beberapa pilihan kurikulum untuk diterapkan di sekolah sesuai kebutuhan dan kesepakatan sekolah serta diharapkan opsi/pilihan apapun, sekolah agar tetap mengacu pada standar nasional pendidikan.

Kurikulum Prototipe ini memiliki beberapa karakteristik antara lain:

Baca Juga:Hera Pebriana kembali Pimpin Kembali KT Desa CilandakBupati Purwakarta: Pengajian Pelihara Persatuan dan Kesatuan

1. Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi siswa. pembelajarannya dirancang berbasis proyek untuk pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, kreativitas). Dalam implementasinya kurikulum prototipe, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah. Pembelajaran berbasis proyek penting untuk pengembangan karakter peserta didik karena memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman. Dengan demikian peserta didik mengalami sendiri bagaimana bekerja sama, bertolerasi, saling menjaga dan juga mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu.

2. Berfokus pada materi esensial sehingga akan ada waktu yang cukup untuk pembelajaran yang lebih mendalam untuk kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

0 Komentar