Santri dalam Kemerdekaan NKRI

Santri dalam Kemerdekaan NKRI
Feri Rusatndi
0 Komentar

Oleh : Feri Rusatndi
*) Alumni Santri PPI 76 Garut dan Guru di As-Syifa Boarding School Subang
Sejak tahun 2015 ditetapkan sebagai hari santri nasional, tepatnya tanggal 22 oktober, ini merupakan peringatan yang memberikan apresiasi kepada kaum santri dan megingatkan kembali bangsa Indonesia terhadap jasa dan rantai perjuangan kaum kiai dan santri dalam kemerdekaan bangsa Indoensia, antara lain KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan salah satu tokoh yang mendirikan Nahdatul Ulama, KH. Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah, A.Hassan dari Persis, Ahmad Soorhati dari Al-Irsyad, dan Abdul Rahman dari Matlaul Anwar. Sejarah mencatat terkait perjuangan kaum kiai dan santri dalam dalam melawan penjajahan dan memerdekakan bangsa ini salah satu yang fenomenal adalah ketika KH Hasyim Asya’ri mengeluarkan resolusi jihad“ membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap orang”. Resolusi jihad yang dicetuskan pada tanggal 22 Oktober pada tahun 1945 di Surabaya untuk mencegah dan menghalangi kembalinya tentara kolonial Belanda yang mengatasnamakan NICA. Seruan jihad itulah yang di kobarkan untuk membakar semangat para santri Surabaya untuk menyerang markas Brigade 49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.
Kita mengetahui bagaimana sejarah perjuangan pahlawan nasional KH Zainal Mustofa dan sekaligus pendiri Pondok Pesantren Sukamanah yang begitu gigih melawan penjajah jepang dan menjadikan pesantren dan santri-santrinya sebagai benteng pertahanan. Pasukan “berani mati” yang terdiri dari santri dan warga telah terbukti bagian dari semangat nasionalismenya, dan pada akhrinya tidak sedikit yang gugur sebagai syuhada dan KH Zainal Mustofa sudah terbiasa mendapat ancaman, intimidasi dan keluar masuk penjara menjadi kebiasaannya, akan tetapi sedikitpun tidak melunturkan semangat juang membela NKRI .
Selain itu kita mengenal Pahlawan Nasional yang masyhur berasal dari pesantren atau ulama antara lain Pangeran Diponegoro dan Panglima Jenderal Sudirman, mereka berjuang gigih dalam kemerdekaan Indonesia dengan menjadikan landasan agama menjadi modal dan semangat mengobarkan juang terhadap rakyat dan pasukannya. Dengan jelas bahwa bangsa ini banyak berhutang terhadap ulama dan santri , sehingga hal yang sangat miris ketika ada yang berpandangan bahwa antara agama dan negara harus di pisahkan, bahkan kita tahu bahwa Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) sangat takut dan menjadikan Ulama dan pesantren sebagai musuh utama dan terbukti tidak sedikit para kiyai dan santri di bunuh dengan sadis, banyak pesantren dan masjid di bakar tanpa belas kasihan.

0 Komentar