STRATEGI BERTAHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DITENGAH PANDEMI

STRATEGI BERTAHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DITENGAH PANDEMI
0 Komentar

Oleh: Udin Wahrudin
Dosen Program Studi Perbankan Syari’ah STEI Al-Amar Subang

Eksistensi pandemi covid-19 bukan sekedar mengancam dari aspek kesehatan tapi juga berdampak buruk bagi perekonomian. Pandemi covid-19 yang terjadi belakangan ini merupakan momok bagi setiap individu di negeri ini termasuk para pelaku UMKM sebagai tonggak penyokong perekonomian nasional.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) jumlah perusahaan di Indonesia ada 56.539.560 unit dari jumlah tersebut 99,99% atau 56.534.592 unit merupakan UMKM sisanya sebesar 0,01% atau 4.968 unit masuk dalam kategori usaha besar.

Baca Juga:Di Karawang, Satu Orang Meninggal Dunia Positif KoronaStok Darah di PMI Karawang Makin Menipis

UMKM mampu menyerap tenaga kerja 85 juta sampai 107 juta tenaga kerja dan mampu berkontribusi sebesar 60% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Ketika badai moneter melanda Indonesia tahun 1998 UMKM cukup tangguh bertahan dibanding perusahaan besar, karena saat itu sebagian besar UMKM belum terafiliasi dengan perbankan.

Sejak pemerintah mengeluarkan PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 21 Tahun 2020 terkait PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebagai upaya menahan laju penyebaran pandemi covid-19, membuat UMKM menjadi sangat rentan karena PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 21 Tahun 2020 terkait PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menyebabkan masyarakat membatasi aktivitas ekonomi, seperti berbelanja kebutuhan sekunder, tersier, dan berwisata hal ini jelas akan berdampak pada sektor manufaktur, transportasi, pariwisata dan finansial.

Dilain sisi, sepertinya pemerintah belum menetapkan kebijakan strategis untuk menangani dampak pandemi ini jika terjadi dalam kurun waktu yang lama (jangka panjang). Pada akhirnya pandemi ini menyebabkan turunnya omzet yang mengganggu performa usaha UMKM dan berdampak memburuknya kondisi perekonomian nasional.

Agar tidak makin memburuknya kondisi perekonomian nasional maka UMKM sebagai tonggak perekonomian Indonesia harus mempunyai strategi bertahan sehingga eksistensinya tetap tangguh bertahan menghadapi dampak pandemi covid-19. Berikut ini 5 (lima) strategi yang bisa diupayakan guna mempertahankan eksistensi UMKM ditengah pandemi, antara lain:

1. Tidak meningkatkan volume produksi dan persediaan selama masa pandemi

Meningkatkan volume produksi dan persediaan disaat terjadi pandemi adalah sebuah keputusan yang keliru, karena disaat terjadi pandemi covid-19 seperti sekarang ini ada banyak sekali hambatan dan pembatasan kondisi seperti ini akan berdampak pada tingginya HPP produk permasalahan berikutnya yang muncul adalah kita akan sulit memasarkan produk karena kita harus menaikan harga jual di tengah lesunya permintaan.

0 Komentar