Panen Raya Padi, Petani Keluhkan Minimnya Buruh Tani

Panen Raya Padi, Petani Keluhkan Minimnya Buruh Tani
0 Komentar

 

PASUNDAN EKSPRES-Panen Raya Padi periode pertama tahun 2023 di Desa Kalensari Kecamatan Compreng Kabupaten Subang, memiliki beragam masalah. Pasalnya, panen raya periode ini, petani kesulitan mencari tenaga kerja buruh tani untuk menyabit padi.

Seperti yang diungkapkan Bulkim Ketua Kelompok Tani Talangsari. Menurutnya, panen raya seharusnya sudah bisa dilakukan sejak beberapa hari pasca Idul Fitri kemarin.

Namun karena luas lahan yang dimilikinya tidak memungkin untuk panen dilakukan oleh sejumlah orang.

Baca Juga:Tindaklanjuti Soal Dana BPNT yang Disunat, Ambu Gercep Terjunkan Tim KhususProgram BPNT Diduga Jadi Bancakan Bandar dan e-Warung Raup Keuntungan Besar, KPM Keluhkan Kualitas dan Kuantitas Tidak Sesuai

“Rata-rata setiap anggota memiliki lahan 70 bau (1 bau = kurang lebih 700 meter persegi), jika panen dilakukan oleh beberapa orang saja itu tidak mungkin, butuh waktu lama,” kata Bulkim saat ditemui Pasundan Ekspres pada Minggu 30 April 2023.

Adapun minimnya tenaga kerja buruh tani kata dia, lantaran minimnya regenerasi. Selain itu, buruh tani yang sudah ada pun mulai berkurang lantaran faktor usia.

“Sedikit anak muda yang mau jadi buruh tani, mayoritas lebih memilih kerja di pabrik,” ujarnya

Sebagai alternatif, lanjut dia, Kelompok Tani Talangsari bersepakat untuk panen menggunakan jasa alat berat Combine Harvester (alat kombinasi menuai, merontok dan menampi) dengan biaya sewa yang lebih mahal yakni Rp 2,8 juta per bau.

Namun hal itu sebelumnya ditentang oleh pihak pemerintah desa dengan alasan dapat mengganggu penghasilan buruh tani. Namun disisi lain, jika panen tidak segera dilakukan padi akan kering dan rontok di sawah.

“Alasannya takut kaum buruh tidak memiliki penghasilan jika petani panen menggunakan Combine. Karena panen raya periode ini serentak sedangkan jumlah buruh tani terbatas, mau tidak mau pihak desa pun menyetujui nya,” ujarnya.

Bulkim menjelaskan, permasalahan tidak hanya selesai disitu. Keberadaan alat berat Combine Harvester di wilayah Compreng masih terbatas.

Baca Juga:Kang Dedi: Jalan Rusak Akibat Belanja Pembangunan Tak TepatBaznas Gunakan Sistem Baru Seleksi Penerima Beasantri, Utamakan Kualitas, Nilai Sesuai Level Keilmuan Santri

“Ya akhirnya kita putuskan panen menggunakan Combine, tapi masalah tidak cukup disitu. Alat berat Combine belum banyak, apalagi jika lahan yang kita miliki jauh dari akses jalan. Artinya, kita harus menunggu petani lain yang lahannya dekat dengan akses jalan untuk panen terlebih dahulu,” ungkapnya.

Untuk itu, kata dia, petani meminta pemerintah mencari solusi untuk menangani permasalahan tersebut. Jika hal itu dibiarkan khawatir kualitas dan kuantitas hasil panen raya tidak akan memuaskan, bahkan dapat merugikan petani.

0 Komentar