Patahan Lembang Melintasi 52 Desa

Patahan Lembang Melintasi 52 Desa
0 Komentar

“Pada 2018 ini, kami lewat kegiatan pengabdian masyarakat ITB melakukan pemetaan sekolah-sekolah di jalur sesar Lembang. Jadi, ada 95 sekolah yang kami petakan berada dalam jarak satu kilometer dari koridor sesar Lembang,” katanya.

Dalam sosialisasi ke sekolah-sekolah, lanjut dia, edukasi yang diberikan ialah menyangkut tiga pilar sekolah aman bencana. Tiga pilar itu ialah mengenai fasilitas yang aman, kebijakan di sekolah seperti kebijakan perkuatan bangunan dan standard operasional prosedur apabila terjadi bencana, serta mengenai pendidikan mitigasi, termasuk di dalamnya simulasi evakuasi.

“Kemarin edukasi yang kami berikan lebih menyasar pilar nomor satu dan tiga. Soalnya, banyak sekolah yang belum punya jalur evakuasi. Kalau tempat evakuasi, walaupun enggak ada tempat khusus, biasanya ada lapangan. Jadi, secara otomatis lapangan sekolah yang jadi tempat evakuasi,” katanya.

Baca Juga:Dahana Diapresiasi karena Konsisten Salurkan CSRDari Kursi Roda Mengetuk Kepeduliaan, SLB Negeri Subang Bergerak Menggalang Dana untuk Korban Gempa

Lantaran bukan ahli sipil, Rahma mengaku tak bisa menilai bangunan sekolah yang berada di dekat jalur sesar Lembang terkategorikan aman atau tidak terhadap gempa. Di berharap, sekolah maupun rumah sakit di sekitar koridor sesar Lembang bisa dicek dan diperkuat dengan konstruksi tahan gempa.

“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendata sekolah yang rusak di Lombok, sebagian Bali dan Sumbawa yang kemarin terdampak gempa, total ada 1.230 sekolah yang rusak. Itu kan banyak sekali. Sementara kalau saya survei ke sana kemarin, secara kasat mata karena saya bukan orang struktur, bentuk sekolahnya mirip dengan sekolah di sini,” katanya.

Kurang Sosialisasi

Sementara itu, warga Kampung Kancah RT3/RW13 Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Yetti mengaku belum pernah menerima sosialisasi dari kepala desa setempat terkait bencana gempa. Dia pun mengaku tahu mengenai Sesar Lembang melalui kabar selentingan saja.

“Selentingan-selentingan sudah ada. Tapi dari kepala desa belum ada sosialisasi,” kata dia ketika ditemui di kediamannya.
Di lokasi yang sama, Tatang mengemukakan justru sama sekali tidak mengetahui tentang Sesar Lembang. Sama dengan Yetti, dia pun mengaku belum pernah menerima sosialisasi terkait sesar. “Tidak tahu. Belum pernah mendengar lah tentang itu,” ungkap dia.

0 Komentar