Oleh :
Djoko Heriyanto, M.Pd. (Kepala SMAN 1 Wonosegoro Kab. Boyolali)
Menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kurikulum Merdeka mengarah pada pembentukan profil pelajar Pancasila, perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dengan enam ciri utama yaitu beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Elemen pokok dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia berisi lima komponen yaitu akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara. Dalam akhlak beragama, maka pelajar muslim Indonesia sebagai makhluk Allah, harus mengenal sifat-sifat Allah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu sebagai pelajar harus menyadari sebagai hamba Allah diberikan amanah untuk menjadi pemimpin di muka bumi yang memiliki tanggung jawab terhadap dirinya, kepada sesama manusia, dan juga kepada alam lingkungan sekitarnya.
Akhlak pribadi diwujudkan dengan rasa sayang dan perhatian kepada diri sendiri, peduli, menghormati dan menghargai diri sendiri, hal ini bisa dilakukan dengan menjaga kesehatan, menghindari penyalahgunaan obat-obat terlarang, tidak melakukan tidakan kriminal, dan kenakalan remaja. Akhlak kepada manusia lain, ditunjukkan dengan menghargai persamaan dan perbedaan tiap-tiap individu.
Perwujudan dari akhlak tersebut dalam kehidupan, akan berkembang sikap toleransi, saling menghargai, menolak adanya diskriminasi, intoleransi, kekerasan terhadap sesama manusia dan prasangka buruk yang bersumber pada perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan. Kita harus menerima adanya perbedaan dalam bingkai Bhineka Tungga Ika untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Perwujudan berakhlak kepada alam, pelajar Indonesia harus menyadari pentingnya merawat, melestarikan dan mecintai lingkungan alam sekitarnya, dengan cara tidak merusak dan mengeksploitasi alam secara berlebihan. Bumi ini dengan segala kekayaan dan keindahan alam ini bukan warisan dari nenek moyang kita, tetapi semuanya titipan dari anak cucu kita.
Pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara arif dan bijaksana agar ekosistem tetap terjaga dengan baik.
Implementasi dalam akhlak bernegara, dilakukan dengan cara memahami dan menunaikan hak, kewajiban, dan perannya sebagai warga negara.
Pelajar Indonesia harus mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi maupun golongan. Selain itu sebagai warga negara, kita memiliki kewajiban menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan, kewjiban membela negara, serta kewajiban dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Integrasi iman takwa dan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan karena;
Pertama kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan manusia jika dilandasi asas iman takwa kepada Allah SWT. Sebaliknya jika tidak dilandasi iman dan takwa, maka ilmu pengetahuan dan teknologi bisa disalahgunakan untuk tujuan-tujuan negatif.
Kedua, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi moderisme yang menimbulkan pola dan gaya hidup yang cenderung sekuler, materialistik, dan hedonistik yang berlawanan dengan nilai budaya bangsa dan nilai agama.
Ketiga, dalam hidup perlu keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani karena pada prinsipnya manusia itu adalah kesatuan jiwa dan raga, lahir dan batin, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Keempat, bahwa iman dan takwa menjadi landasan dan dasar yang sangat kuat bagi manusia untuk meraih kebahagiaan hidup. Tanpa adanya dasar iman dan takwa semua hal yang terkait duniawi seperti harta kekayaan, pangkat jabatan, status sosial, keturunan, tidak akan mampu mengantarkan manusia meraih kebahagiaan yang sejati.
Selama ini terkadang masih ada anggapan bahwa pembelajaran iman dan takwa hanya menjadi tugas guru mata pelajaran pendidikan agama, padahal pembelajaran tersebut mestinya dapat diintegrasikan pada semua mata pelajaran.
Berdasarkan pada pemikiran integrasi pemebelajaran tersebut marilah kita senantiasa mendasari pembelajaran dengan iman dan takwa sesuai dengan karateristik materi yang diajarkan kepada peserta didik. Kreativitas guru amat diperlukan untuk mengintegrasikan materi iman dan takwa dalam pembelajaran sesuai dengan pelajaran yang diampu Guru bertugas menstransfer nilai yang menyeluruh, tidak sekedar mengajar tetapi juga memberi nilai moral kepada siswa agar akhlak nya bagus disamping cerdas, sehingga siswa akan bermanfaat bagi dirinya, bangsanya dan orang tuanya khususnya di dunia maupun di akherat. Kehidupan hari esok lebih baik dibanding kehidupan hari ini, oleh karena itu pentingnya pendidikan di sekolah yang berbasis iman dan takwa.