Pendidikan Karakter Antara Harapan dan Realita

Pendidikan Karakter Antara Harapan dan Realita
0 Komentar

4. Perkembangan teknologi
Faktor internal dan eksternal dalam penanaman nilai karakter kepada peserta didik memiliki porsi yang sama, faktor yang satu tidak lebih unggul dari faktor yang lain. Kesulitan-kesulitan tersebut diperparah dengan orang tua peserta didik yang memiliki pemahaman bahwa penanaman karakter adalah tanggung jawab sekolah, alih-alih pemeran utama dalam penanaman karakter putra dan putrinya, orang tua malah menyerahkan tanggung jawab utamanya ke sekolah, ini sangat menyedihkan.

Nilai tersebut sangatlah penting bagi kemajuan karakter bangsa, bahkan masing-masing karakter saling berinteraksi dan berkembang secara dinamis membentuk keutuhan pribadi. Namun fakta yang terjadi pendidikan karakter yang diharapkan mampu membuat output pendidikan lebih baik ternyata masih jauh panggang dari api, hal itu terlihat dari beberapa temuan fakta di berbagai media. Dilansir dari Detik.com KPAI telah menangani 1885 kasus pada tahun 2018, Terdapat 504 anak jadi pelaku pidana, dari mulai pelaku narkoba, mencuri, hingga kasus asusila menjadi kasus yang paling banyak. Dalam kasus ABH, kebanyakan anak telah masuk Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) karena telah mencuri sebanyak 23,9 persen, kasus narkoba sebanyak 17,8 persen, serta kasus asusila sebanyak 13,2 persen, dan lainnya. Bukan hanya kasus-kasus tersebut, berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak, tercatat 62,7 persen remaja SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Terdapat pula hasil lainnya seperti tercatat 93,7 persen peserta didik SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah melakukan aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. (Kompas.com, 2010).

Degradasi moral masih menjadi tantangan dunia pendidikan Indonesia saat ini, KPAI juga mencatat angka tawuran pun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Memudarnya rasa hormat peserta didik kepada guru juga menjadi fakta lain yang tidak kalah mencengangkan, semakin banyak media mengangkat fakta tersebut entah sebagai bentuk keprihatinan atau hanya sekedar mencari keuntungan pribadi. Salah satu contoh kasus yang ada ialah kasus seorang murid di salah satu SMP swasta di Kabupaten Gresik yang menantang gurunya saat ia diingatkan oleh gurunya untuk tidak boleh merokok. Pada kasus tersebut, seorang siswa memegang kerah gurunya sambil merokok dan melempar kata-kata yang tidak sopan. Walaupun kasus tersebut berakhir dengan damai Karen sang guru telah memaafkan siswa tersebut, kasus ini merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan Indonesia yang saat ini sedang digemborkan dan diaplikasikannya pendidikan karakter bagi anak Indonesia.

0 Komentar