Pentingnya Computational Thinking dalam Era Digital: Apa, Mengapa, dan Miskonsepsinya (Part 1)

Pentingnya Computational Thinking dalam Era Digital: Apa, Mengapa, dan Miskonsepsinya (Part 1)
0 Komentar

CT memiliki empat fondasi yang menjadi landasan pemecahan persoalan yaitu dekomposisi (decomposition), algoritma (algorithm), pengenalan pola (pattern recognition), dan abstraksi (abstraction).

Dekomposisi adalah pembagian persoalan ke dalam beberapa sub-persoalan yang lebih kecil. Dekomposisi adalah tindakan ketika kita memisahkan suatu permasalahan yang sulit menjadi komponen-komponan yang sederhana dan mudah untuk diproses.

Pengenalan pola adalah pengamatan atau analisis terhadap berbagai kesamaan yang ada di antara persoalan-persoalan. Permasalahan seringkali sangat beragam dan datang dalam berbagai bentuk, namun dibalik perbedaan tersebut masih terdapat persamaan. Jika seseorang telah berkali-kali menyelesaikan persoalan, diharapkan dapat menemukan pola dari persoalan-persoalan sejenis dan juga pola dari solusi-solusi yang dirancang/diimplementasikan. Pengenalan pola adalah keterampilan melihat kemiripan dengan permasalahan yang pernah kita pecahkan sebelumnya, untuk menghasilkan solusi guna membantu kita menyelesaikan masalah.

Baca Juga:Warga Dua Desa Minta PT Pindo Deli 2 Tutup Produksi Soda ApiKemenag Karawang Sabet Dua Penghargaan KPPN Award 2024

Abstraksi adalah proses eliminasi bagian-bagian yang tidak relevan dari suatu persoalan. Dengan abstraksi, dapat dibuat suatu blueprint penyelesaian persoalan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sejenis. Abtraksi adalah ketika kita hanya memperhatikan detail yang penting dan mengabaikan detail yang tidak penting. Saat mengabstraksi, kita akan mengabaikan elemen yang tidak jelas untuk langsung menuju inti permasalahan.

Algoritma adalah langkah-langkah terurut untuk menyelesaikan suatu persoalan. Algoritma harus disusun dengan jelas, runtut, lengkap, efisien, dan tidak menyalahi batasan-batasan dalam persoalan tersebut. Algoritma sebenarnya hanyalah sebuah kata besar untuk membicarakan sekumpulan prinsip. Saat kita menggunakan pemikiran algoritmik, kita menciptakan seperangkat aturan untuk diikuti orang lain dalam memecahkan suatu masalah.

Contoh spesifik dalam penggunaan ke empat elemen CT adalah sebagai berikut. Di sini kita memiliki Agus, seorang pemuda pekerja keras, yang berusaha memberikan kontribusi terbaiknya di masyarakat. Namun, hari ini mobilnya mogok. Untungnya pola berpikir komputasionalnya masih berfungsi. Mari kita lihat bagaimana dia mengatasi masalah kerusakan mobilnya.

Mobil Agus tidak bisa bergerak, dia memperhatikan dua masalah: pertama adalah mobil kehabisan bahan bakar, dan kedua adalah ban kempes (dekomposisi). Dia pernah menghadapi situasi seperti ini di masa lalu, dan dari pengalamannya itu, Agus tahu bahwa dia harus mengatasi masalah ban kempes terlebih dahulu (pengenalan pola). Bahan bakar mobilnya sudah tidak banyak lagi, tapi masih cukup untuk pergi ke pompa bensin. Oleh karena itu, Agus untuk sementara mengabaikan masalah kehabisan bensin, dan fokus pada masalah ban kempes (abstraksi). Terakhir, untuk mengganti ban yang kempes, dia harus menggunakan dongkrak untuk mendongkrak mobil dan mengencangkan baut ban, lepaskan ban yang kempes, dan diganti dengan ban baru (algoritmik).

0 Komentar