Perfettu

Kang Marbawi
0 Komentar

 

Pojokan 93

 

Mengalami kembali apa yang telah terjadi dan berdampak istimewa adalah de javu. Bukan sekedar kembali bertemu siklus alamiah selama jantung ini masih berdetak, siklus rutinitas. Sebab de javu adalah sesuatu yang tak selalu berulang. De javu adalah keistimewaan peristiwa.

Seperti halnya ritual aktivitas sosial kerja,  berangkat pagi, pulang sore. Besok begitu lagi. Juga ritual ibadah. Seolah sebuah siklus ritual yang biasa dan umum dilakukan. Sebuah siklus, seolah tak menjadi sesuatu yang penting. Menjadi hukum alam laksana jarum jam yang akan bergerak kembali pada titik angka antara satu (1) sampai 12. Tanpa makna!

Bertemu kembali dengan Ramadhan apakah sebuah siklus atau de javu? Maknanya kembali kepada setiap individu dalam memaknainya. Bisa jadi hanya sebuah siklus kehidupan biasa yang setiap tahun dijalani dan ditemui. Namun bagi sebagian orang, yang menemukan makna terdalam Ramadhan, bisa menjadi sebuah de javu. Menemukan sebuah perfettu.

Baca Juga:Berdayakan Pelaku UMKM, BRI Antarkan Pengusaha Kopi Gayo Tembus Pasar InternasionalDPRD Subang Segera Bahas Pemekaran Pantura

Perfettu adalah keheningan, kedamaian, harmoni alam sekitar, sebuah siklus kehidupan. Perfettu adalah jalan hidup dan kedamaian. Jalan keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Ramadhan menjadi moment mengalami kembali (de javu) proses penyeimbangan lahir dan batin. Keseimbangan antara keinginan dan kemampuan, antara ambisi dan kewajiban profesionalitas, emosi dan rasionalitas, lahir dan batin, yang profan dan sakral. Melahirkan keharmonisan dalam kehidupan. Bisa jadi keseimbangan “yin” dan “yang” dalam Tai Chi.

Perfettu adalah keselarasan hukum-hukum alam (sunnatullah). Seperti halnya prinsip Tai Chi. Ke- Esa-an adalah akar dari segala gerak dan manifestasi kosmologi alam semesta. Sebab tubuh adalah miniature alam semesta. Ke-Esa-an sang Khalik menjadi energi positif dalam gerak perfettu dan Tai Chi. Ramadhan adalah gerak perfettu untuk siklus penyeimbangan diri, sosial dan spiritual. Bertumpu kepada yang Maha Esa.

Ramadhan mendekatkan hubungan personal kita dengan Sang Pencipta. Jalannya, kontemplasi individu dalam ritual dibarengi menebarkan empati sosial terhadap sesama makhluk. Ramadhan adalah meraih keberkahan dan rahmat dari Yang Maha Agung dengan menempuh jalan rahmatan lil alamin dalam kehidupan. KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam gitanya bertutur:

0 Komentar