Potret Sektor Informal di Perkotaan

Potret Sektor Informal di Perkotaan
0 Komentar

2. Mode transportasi yang digunakan sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh karakteristik social demografi dan ekonomi mereka. Bagi yang masih berusia muda, banyak yang menggunakan sepeda motor, dan lainnya ada yang menggunakan angkutan umum dan bahkan jalan kaki. Mereka yang berasal dari dalam kabupaten, kebanyakan pulang pada hari yang sama, sedangkan yang berasal dari luar kabupaten bahkan luar provinsi, kebanyakan tidur di tempat yang selalu berpindah mulai dari tempat ibadah, emperan toko sampai fasilitas umum lainnya

3.Pengemis memiliki ciri umur yang produktif, meskipun ada yang sudah relatif tua dan bahkan penyandang disabilitas. Yang lebih memprihatinkan, mereka ada yang masih usia sekolah. Mereka memiliki keluarga utuh bagi yang sudah berkeluarga, yang berstatus menikah mencapai 40 persen. Pendidikan yang umumnya rendah, hampir mencapai 90 persen lulus SD, ada juga yang menamatkan pendidikan SMP bahkan 3,8 persen berpendidikan SMA. Akses yang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak nampaknya terkait dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Lebih banyah didapatkan pengemis perempuan dibanding laki laki.

Menyikapi kondisi dan karakteristik kaum marginal di perkotaan tersebut yang merupakan penduduk yang memiliki akses yang rendah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak , yang semula mereka ingin mendapatkan pekerjaan di kota , akan tetapi dengan berbekal pendidikan yang rendah maka mereka memutuskan menjadi pengemis untuk mempertahankan hidup di daerah perkotaan. Jadi masalah pengemis dan masalah kaum miskin di kota adalah masalah klasik yang perlu penanganan secara komprehensif serta spasial artinya daerah pengirim pengemis harus jadi prioritas utama untuk dikaji dan diprioritaskan dalam pengembangannya. Jika migrasi desa kota bisa diminimalisir dengan memberikan ketrampilan dan peningkatan sumberdaya manusia maka jumlah mereka bisa ditekan. Layanan bagi pengemis di perkotaan tentang alat transportasi yang digunakan harus mendapat perhatian agar pekerjaan mereka bisa lancar untuk survive di perkotaan. Migrasi berantai yang menjadi ciri khas mereka untuk mendapatkan pekerjaan di kota harus diputus agar perkembangan pengemis bisa ditekan, melihat jumlah mereka selalu bertambah secara signifikan. Bagi wilayah perkotaan yang mendambakan estetika kota , fenomena ini merupakan dilemma yang sulit dihindari karena fenomena pengemis sebagai ciri penduduk miskin dan di lain pihak , sebuah kota yang bermartabat harus bebas dari pengemis. Bahkan ada peraturan daerah di sebuah kota yang melarang para pengguna jalan memberikan sesuatu pada peminta minta di area umum seperti lampu lalu lintas .(*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar