Raja Tempe Maling Hati Untuk Tamunya

Raja Tempe Maling Hati Untuk Tamunya
0 Komentar

Demikian juga kalau ada tamu yang lagi berbulan madu. Rustono ringan kaki. Membantu apa saja untuk membuat tamunya senang.

Suatu saat ada tamu dari Jepang. Wanita muda, umur 29 tahun. Sendirian. Rustomo menyapanya dengan keramahan khasnya: keramahan yang ia pertahankan sampai sekarang.

Keramahannya itu membuat sang tamu mudah akrab. Lalu bertanya, keesokan harinya: maukah mengantar ke Borobudur. Berapa harus membayar. Rustono mau. Bahkan menawarkan naik Willy’s-nya. Sang tamu kesenangan. Naik jip terbuka.

Baca Juga:Mengolah Sampah Menjadi Pupuk dan Menghasilkan UangFilm Punk Masuk Desa, Ajak Pemuda Berkreasi

Menjelang Borobudur Rustono menawarkan pada tamunya: maukah melihat pedesaan. Sambil bercerita bahwa ia juga berasal dari desa.

Sang tamu mau saja. Bahkan suka. Lalu ditawarinya maukah minum air kelapa muda. Sambil menjelaskan bagaimana cara minum air kelapa muda. Yang belum pernah dialaminya.

Sampai di rumah temannya itu Rustono menghentikan Willy’s-nya di bawah pohon kelapa. Lalu Rustono sendiri yang memanjat pohon tinggi itu. Mengambil kelapanya. Memangkas sabutnya. Mengajari cara meminumnya. Langsung dari lubang batoknya.

Sang tamu sangat terkesan atas perhatian Rustono. Sampai memanjat pohon kelapa. Yang begitu tingginya.

Besok malamnya sang tamu minta diantar ke Prambanan. Melihat sendratari. Besoknya lagi minta diantarkan ke pantai: Parangtritis. Waktunya minta pas senja tiba.

Saat itulah mereka berdua berjalan di pantai. Yang airnya tersapu warna merah. Terkena sinar dari ufuk yang masih tersisa.

”Tiba-tiba dia menyatakan I love you,” ujar Rustono.

Itulah hari terakhir sang tamu berada di Jogja. Keesokan harinya harus kembali ke Jepang.

Baca Juga:Gaji PNS Naik 5 Persen, Harus Diimbangi Peningkatan KinerjaDPMPTSP Tak Lagi Melayani Perizinan Manual

”Bagaimana ini,” ujar Rustono meresponnya. ”Hari ini bilang cinta, besok pulang ke Jepang,” tambahnya.

”Jangan khawatir. Saya akan segera kembali lagi,” ujar sang tamu.

Rustono saat itu di usia yang sama: 29 tahun. “Saya lebih tua beberapa hari. Dia 5 Oktober. Saya 2 Oktober,” ujar Rustono.

Cinta dilanjutkan lewat kata-kata. Lewat tilpon. Sang tamu yang terus meneleponnya. Sampai Rustono sungkan. Mahal. Minta agar jangan lewat tilpon. Pakai surat saja.

Begitulah Rustono sering mengiriminya kartu pos. Dengan gambar lokasi-lokasi yang pernah didatangi pacarnya itu.

0 Komentar