Ramadan dan Politik Kebangsaan

0 Komentar

Kekuatan intelektual harus menjadi control terhadap jalannya kekuasaan dan menjaga jarak dengan lingkaran kekuasaan supaya lebih kuat dalam menyampaikan narasi-narasi kebangsaan dan tidak didikte oleh lingkaran kekuasaan. Perselingkuhan sebagian kelompok intelektual dengan kekuasaan akan membahayakan masa depan bangsa. Seorang Intelektual atau biasa disebut cendikiawan berbeda dengan Masyarakat Umum. Sebagai seorang Intelektual harus memiliki integritas, kredibilitas serta sikap mental dan kesadaran sosial yang tinggi untuk melakukan perubahan perubahan yang Konstruktif, tetapi tidak mustahil jika mentalitas Luhur seorang Intelektual berubah menjadi hamba sahaya dan bertekuk lutut dihadapan Kekuasan. Logika Intelektual mengikuti Logika kekuasaan.

Seorang Intelektual harus berani menyampaikan kebenaran dan tidak partisan secara politik. Akademisi tidak boleh merusak idealisme intelektualnya untuk kepentingan politik kekuasaan sesaat dan mencari uang. Meminjam definisi seymour Martin Lipset yang dikutip oleh Dr Ahmad Mushilli dan Dr Lu’ay shafi dalam Bukunya yang berbahasa Arab dengan Judul ” Judzur Azmah Al Mutsaqqaf Fi Al-wathan Al Arabi” bahwa kelompok Intelektual adalah mereka yang menciptakan, menyebarluaskan dan menjalankan kebudayaan dan semestinya menjadi kreator, distributor dan eksekutor proyek-proyek pembangunan dan pengembangan kebudayaan

Ada sebuah pertanyaan publik terkait sepak terjang para intelektual dan Kehidupan mereka ditengah-tengah masyarakat dewasa. Apakah mereka berperan aktif dalam membela kebenaran dan kemanusian serta mendobrak pintu-pintu kekuasaan untuk meruntuhkan despotisme politik atau justru berdiam diri didalam ruang-ruang kekuasaan dan merusak idelisme intelektual hanya untuk mencari kehidupan.

Baca Juga:Ayo Mudik Sareng DAHANAPanen Raya Segera Tuntas, Produksi Capai 7 Ton

Apakah para intelektual memfungsikan kesadaran intelektualnya untuk mengkritisi ketidakadilan yang seringkali menimpa kaum tertindas atau justru mereka melegalkan tindakan kekuasaan yang salah dengan berlindung dibalik intelektualnya dengan mengunakan bahasa ilmiah. Akademisi harus mengobarkan semangat kebangsaan, kemanusian, persatuan dan agama untuk menjadikan indonesia lebih baik ,bukan justru mencari celah untuk berlindung dalam lingkaran kekuasaan sesaat.

Di zaman serba terbuka, teknologi semakin maju seluruh informasi bisa masyarakat dapatkan. Rakyat akhirnya semakin cerdas dari Negara. Rakyat semakin cerdas dan memahami mana kalangan yang benar-benar ingin mempertahankan kepentingan bangsa dengan yang mementingan kepentingan kelompoknya.

0 Komentar