Revitalisasi Sastra Lisan (RSL) Bina Karakter Negeri

0 Komentar

Kedua, pembinaan sastra lisan ini bertujuan untuk membuat masyarakat apresiatif untuk melakukan berbagai penyuluhan. Selain itu juga perlu peningkatan mutu sastrawan dan karya sastra lisan baik melalui sayembara dan pemberian hadiah. Kegiatan ini melibatkan jaringan antara kritikus sastra, sastrawan, dan lembaga atau badan yang relevan.

Ketiga, melakukan penelitian dan penyebarluasan untuk mengembangkan sastra lisan. Pasalnya, jika ini dilakukan sebagai konsumsi para sastrawan, penikmat sastra, dan kritikus sastra. Harapannya para penikmat sastra dapat mengetahui pentingnya sastra. Selain itu, para sastrawan juga dapat meningkatkan wawasan.

Keempat, perekaman, pentranskripsian, dan penerjemahan sastra lisan yang terdapat di berbagai daerah untuk kemudian diterbitkan. Disarnping itu, perlu juga dilakukan penerjemahan buku-buku teori sastra asing yang relevan untuk menunjang teori sastra Indonesia.

Baca Juga:Muspika Bantu Biaya Pengobatan Intan, Penderita Penyakit Lumpuh Tulang BelakangJelang Ramadhan Harga Telur Naik

Tradisi lisan (baca sastra lisan) mesti direvitalisasi untuk pelestarian serta pengembangan karena memiliki kontribusi guna membina karakter bangsa. Adapun karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai dan menginginkan kebaikan (loving or desiring the good), dan melakukan kebaikan (acting the good). Thomas Lickona (dalam Setya Yuwana, 2018:5). Cara yang efektif untuk bina karakter adalah dengan melibatkan ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai ini dibutuhkan kesungguhan stakeholders antara pemerintah termasuk Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, sastrawan, lembaga yang berkaitan, dan masyarakat yang berada dekat dan hidup di dalam sastra lisan itu sendiri. (*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar