Rumah Eni Roboh, Rumah Rani Mulai Retak

Rumah Eni Roboh, Rumah Rani Mulai Retak
RETAK LALU ROBOH: Bekas rumah milik Eni (50) di Dusun Tanjungsalep, Desa Sukadana, Compreng. Diawali retak sejak tahun 2016 lalu, akhirnya rumah Eni rata dengan tanah. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Pergerakan Tanah di Sukadana, Compreng

COMPRENG-Dampak dari pergerakan tanah di Dusun Tanjungsalep Desa Sukadana membuat Eni (50) harus mengungsi ke tempat yang lain. Sebab rumah miliknya telah roboh.
Eni mengungkapkan, keretakan di rumah miliknya mulai terjadi pada tahun 2016 secara bertahap dengan lebar seukuran tiga keramik.

“Runtuhnya itu sekitar awal tahun 2016, retaknya dikit-dikit, seblok-blok, jadi bisa dilihat ada tanah yang udah di bawah, terus ini masih diatas, jadi tidak langsung,” kata Eni saat bercerita pada Pasundan Ekspres.

Eni mengatakan saat ini ia tinggal di rumah anaknya yang terletak di depan rumahnya yang sudah roboh itu. Beruntung sebelum roboh rumahnya sudah ditinggalkan. “Sekarang tinggal di sini, tapi ini juga ada yang retak lagi, soalnya kan rumah saya memang paling depan deket ke sungai,” ucap Eni.

Baca Juga:Semua Caleg PAN Bersih dari Tindak PidanaSamsat Optimis Lampaui Target Pendapatan

Ia menuturkan, jika musim hujan terjadi, debit air yang tinggi dari Sungai Cigadung kadang naik ke permukaan pemukiman. Tidak hanya itu perlahan, tanah-tanah dibawahnya tergerus hingga menyebabkan pergeseran tanah.

“Sudah dua rumah yang kena dampak, memang sudah lama ditinggalin juga karena ya rumahnya roboh tanahnya terus geser,” tandasnya.

Sementara itu, warga lain, Rani memilih tetap bertahan di rumahnya meskipun terjadi keretakan di beberapa titik. Ia mengungkapkan bahwa ia bersama suaminya memilih untuk tetap tinggal karena memang itulah satu-satunya rumah yang dia miliki. “Kalau pindahpun buat kita yang ga punya susah, mau pindah harus beli tanah lagi, bangun rumah lagi,” kata Rani.

Meski begitu ia mengakui, jika musim hujan tiba atau jika kondisi mendung dirinya beserta keluarga merasa was-was. Sebab, kadang debit air yang tinggi sampai ke rumahnya dan ketakutan nya bertambah manakala terjadi pergerakan tanah. “Kadang kalau sudah mendung sudah takut sendiri, airnya suka kesini,” kata Rani.

Dengan kondisi demikian, Rani beserta keluarga akhirnya terpaksa tetap menghuni rumah yang kondisinya kini retak dibeberapa titik dan bagian. Sebab, untuknya tidak mudah untuk pindah rumah karena keterbatasan ekonomi.
Sementara itu Camat Compreng Deni Setiawan yang juga tengah meninjau lokasi mengatakan bahwa penanganan darurat saat ini sedang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas PUPR dan Dinas PKPB.

0 Komentar