Sawahku Terkikis di Negeri Agraris

Sawahku Terkikis di Negeri Agraris
0 Komentar

Mengapa ?
Ada hubungan linier antara proses modernisasi dengan konversi lahan secara tidak langsung. Pertumbuhan kota yang begitu pesat dengan iming iming yang berupa lapangan kerja, pendapatan yang tinggi, fasilitas yang berlebih merangsang penduduk desa untuk melakukan mobilitas spasial , berbondong bodong menuju ke kota, hal inilah yang dikhawatirkan oleh Mitchel(1957) akan merosotnya daya tarik di bidang pertanian sehingga pertanian di pedesaan akan tidak punya atau kekurangan tenaga kerja yang akan memicu terjadinya konversi lahan pertanian. Effek domino ini akan banyak petani beralih profesi.Di zaman yang modern ini banyak masyarakat yang memilih jalan pintas, tak terkecuali petani. Mereka sudah mulai lelah menggarap sawah yang tak kunjung membuahkan hasil, oleh karena itu beberapa dintaranya lebih milih menjual sawah dengan harga yang cukup tinggi dan menggunakanya sebagai modal untuk membuka usaha. Pemerintah juga dirasa kurang antusias akan nasib petani, banyak hal yang harus mereka kerjakan sampai terlupa akan kondisi sawah negei ini.

Stigma masyarakat yang menganggap bahwa bertani merupakan pekerjaan yang tidak membuahkan hasil agaknya harus mulai dirubah. Bahkan hanya segelintir generasi muda yang mau terjun dan kembali mengolah lahan pertanian. Banyak orang yang mendapat gelar sarjana di bidang pertanian, namun mereka justru lebih memilih bekerja di dibidang yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan dunia pertanian. Kembali lagi pada persoalan sebelumnya yaitu hasil (materi) yang didapatkan tergolong kecil.

Dikutip dari Spektrum, Kementerian Pertanian berupaya menekan laju alih fungsi lahan pertanian dengan cara melindungi keberadaan lahan pertanian melalui pengendalian tata ruang, pengendalian pertumbuhan penduduk serta pengoptimalisasi lahan pertanian. Selain itu digadang-gadang Indonesia sedang berusaha menjadi lumbung padi dunia pada 2045. Harapannya rencana tersebut dapat direalisasikan dan semkin banyak masyarakat yang peduli akan nasib petani yang mendapat cap sebagai orang pingiran. Hidup petani, tanpa petani Indonesia bisa apa?(*)

0 Komentar