Sepak Terjang Maestro Sinden Asal Subang Hingga Dikagumi Presiden Soekarno

Sepak Terjang Maestro Sinden Asal Subang Hingga Dikagumi Presiden Soekarno
Lukisan Titim
0 Komentar

Anak kelahiran 20 Januari 1936 itu, mulai tertarik dengan seni. Ia lantas belajar ingin bisa ngawih seperti sinden. Karena melihat bakat Titim, ayahnya mendukung agar menjadi sinden terkenal. Saat itu sudah ada sinden tenar Upit Sarimanah asal Purwakarta. “Ayahnya ingin Titim seperti sinden Upit Sarimanah,” kata Hadijah.

Berbeda dengan Upit, nada suara Titim lebih tinggi dan bertenaga. Kisah titim pernah diterbitkan di Pikiran Rakyat, edisi 18 Maret 1995 yang diceritakan kembali oleh Irvan Sjafri dalam laman Kompasiana. Titim Fatimah mempunyai kekuatan pada improvisasi, kegenitan dan kelantangan yang ada dalam lengkingan suaranya. Sementara suara Upit lebih priyayi, kurang bertenaga.

Saat teknologi film mulai berkembang, papar Irvan, Titim Fatimah pernah membawakan lagu “Karawitan”dan ”Kulu Kulu” dalam film Si Kembar yang dirilis pada tahun 1961.
Tak heran, untuk ukuran saat itu, pendapatan Titim dari manggung bisa berlebih. “Persisnya Bapak tidak tahu. Kalau beres manggung itu, di panggung ada satu sampai dua karung terigu berisi uang kertas,” kata Sukarja yang mengaku juga menjadi penggemar kakak iparnya itu.

Baca Juga:Dinamika Selat Malaka dan Potensi Bagi IndonesiaIndonesia Dengan 1000 Ancaman Bencananya

Bahkan menurut pengamat kesenian Subang, Agustias Amin ketika itu diwawancarai Pasundan Ekspres mengatakan, banyak penggemar Titim Fatimah yang rela memberikan saweran barang berharga hingga kekayaan berupa tanah, rumah dan kendaraan.
“Menurut beberapa catatan ada yang rela memberikan sapi juga kerbau,” kata Agustias.
Selain itu, berbeda dengan sinden pada umumnya. Saat manggung, Titim tampil mencolok di depan dan terlihat jelas oleh penonton. Padahal biasanya, posisi sinden hampir tidak terlihat, hanya terdengar suaranya saja.

RRI Membawa Titim ke Soekarno

Titim juga mengidolakan sinden tenar Upit Sarimanah. Saat menginjak usia remaja, sekitar 16 tahun, ketika tinggal di Garut, Titim bertemu dengan Upit melalui Tuteng Juhari. Tuteng adalah pimpinan rombongan Seni Sunda RRI Jakarta yang rutin mengajak Upit untuk tampil.

Titim pun beruntung, Ia akhirnya mendapat kesempatan diundang untuk ngawih di Jakarta. Ternyata, suaranya itu membuat pihak rombongan Seni Sunda RRI Jakarta percaya. Mulai pada saat itulah, tepatnya pada tahun 1958, nama Titim Fatimah mulai dikenal. Suaranya yang khas selalu ditunggu-tunggu banyak penggemar.

0 Komentar