Sepak Terjang Maestro Sinden Asal Subang Hingga Dikagumi Presiden Soekarno

Sepak Terjang Maestro Sinden Asal Subang Hingga Dikagumi Presiden Soekarno
Lukisan Titim
0 Komentar

Saat ngawih di Studio Jakarta, ada seorang budayawan Sunda, MA Salmun yang tertarik pada suara Titim. Nama asli Titim yaitu Siti Fatimah kemudian diubah menjadi Titim Fatimah.

“Nama Siti kurang pas dengan profesinya sebagai sinden,” kata Salmun seperti diungkapkan Hadijah.

Sejak saat itulah, nama Titim Fatimah dipopuler. Orang mengenal Titim Fatimah sebagai sinden yang berkualitas dan selalu ditunggu suara merdunya. Rutin diputar di radio dan dinantikan saat manggung di acara hajatan.

Baca Juga:Dinamika Selat Malaka dan Potensi Bagi IndonesiaIndonesia Dengan 1000 Ancaman Bencananya

Saat sudah bergabung dengan Grup Seni Sunda RRI itu, ketenaran Titim terdengar Presiden Soekarno. Akhirnya mendapat kesempatan istimewa diundang di Istana Negara.

Hilangkan Ketegangan Tentara dan DI

Pemerhati kesenian, Agustias Amin menceritakan bagaimana kisah perjalanan sinden Titim Fatimah berdasarkan literasi yang pernah dibacanya.

Agustias mengatakan, pada zamannya, Titim Fatimah dikenal sebagai sinden yang popular dan fenomal. Titim sepertinya sudah memiliki jiwa seni. Pasalnya bukan soal sinden saja yang ia kuasai, melainkan mampu juga memainkan alat musik seperti halnya kecapi.
“Dia ingin seperti Upit (pesinden di masanya), makanya dia belajar serius,” katanya, 26 April 2017 lalu.

Titim, kata Agus, sinden yang mempelopori posisi tempat duduknya di depan saat pentas di panggung. Karena biasanya seorang sinden hanya di belakang bersama nayaga dan dalang wayang golek. Namun ia berani berbeda untuk tampil di depan.

“Memang ada juga permintaan dari penggemarnya supaya duduk di depan,” ujarnya.
Melalui seni, Titim mampu menghilangkan ketegangan antara golongan DI (Darul Islam) dan tentara (TNI) yang saat itu sedang bersitegang.

“Dia bilang boleh nonton asal jangan perang antara DI dengan tentara. Memang ketika itu lagi tegang adanya DI di daerah pegunungan Subang selatan,” ujarnya.
Ada satu kisah menarik. Ketika Titim manggung, panggungnya hendak roboh. Saking penggemarnya ingin tetap Titim manggung, panggung itu ditahan agar tidak roboh oleh para penggemarnya.

“Panggung itu ditahan oleh para pentonton, agar tetap berdiri sampai selesai acara,” ujarnya.

Baca Juga:(E-Paper) Pasundan 19 Januari 2021Nana: Air Bersih Kini Sudah Dekat

Dari para penggemarnya, Titim setelah manggung suka diberi hadiah mulai dari sapi, kerbau, rumah dan kendaraan. “Mana ada penggemar sekarang sampai seperti itu,” ujarnya.

0 Komentar